SOLOPOS.COM - Salah satu warga melihat kondisi tanggul Kali Birin yang jebol di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Selasa (25/2/2014). Jebolnya tanggul di dua titik sepanjang 20 meter itu membuat Dusun Muker di desa setempat terendam air pada Minggu (23-24/2/2014) dan ratusan warga terpaksa mengungsi. (Shoqib A/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KLATEN—Areal sawah seluas 81 hektare (ha) tanaman padi yang ada di Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Klaten terancam gagal panen atau puso akibat terendam air selama lebih dari tiga hari. Kerugian pun ditaksir mencapai Rp2 miliar akibat musibah tersebut.

Pantauan Solopos.com di Desa Melikan, Selasa (25/2/2014), tanaman padi milik petani masih banyak terendam air. Bahkan, tanaman padi banyak roboh akibat tertimbun tanah dari tanggul Kali Birin yang jebol.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Sementara, tanggul Kali Birin yang masih terbuat dari tanah di Desa Melikan ada dua titik yang jebol. Tanggul yang rusak tersebut panjangnya sekitar 20 meter dan tinggi sekitar 3 m. Kondisi tersebut membuat air dari Kali Birin terus mengalir ke areal pertanian dan permukiman warga.

Kepala Desa (Kades) Melikan, Eko Purwadi, mengatakan tanggul tersebut mulai jebol pada Sabtu (22/2). Luapan dan derasnya aliran air Kali Birin akhirnya menggenangi puluhan Ha sawah dan puluhan rumah penduduk.

“Akibat bencana itu, ada seluas 81 Ha tanaman padi yang terancam gagal panen akibat terendam air. Bahkan, warga sampai mengungsi karena kondisi darurat,” paparnya kepada wartawan di lokasi tanggul yang jebol, Selasa.

Eko mengaku sudah melaporkan jebolnya tanggul tersebut kepada sejumlah instansi terkait seperti Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten dan Dinas Pekerjaan Umum (DPU). “Kami sudah melaporkan kerusakan dan rencananya pada Rabu (26/2) kami kerja bakti membangun tanggul yang jebol,” imbuhnya.

Sementara, Koordinator Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) Sektor Pertanian Desa Melikan, Sarno, 47, menambahkan kerugian akibat musibah tersebut mencapai sekitar Rp2 miliar.

“Kerugian petani yang terkena banjir mencapai sekitar Rp2 miliar. Sebab, luas lahan pertanian yang terendam ada sekitar 81 Ha. Jumlah kerugian itu dihitung dengan perkiraan Rp30 juta per Ha berdasarkan biaya tanam dan perawatan tanaman,” paparnya.

Menurutnya, tanaman padi yang terendam air itu rata-rata berusia 60 hari. Hal ini membuat tanaman yang sudah mulai berisi bulir padi menjadi tidak terurus.

Akibatnya, bulir padi menjadi mudah rontok dan tanaman menjadi rawan mati. Kondisi itu diperparah dengan petani yang belum bisa merawat tanaman akibat terendam air.

Sementara, salah satu petani di Muker, Sutrisno, 38, mengaku rugi sekitar Rp8 juta. Sebab, tanaman padi yang berusia sekitar dua bulan yang dia garap terendam air. “Ada sekitar 4.000 meter persegi tanaman padi saya yang terendam air dan semuanya pasti gagal panen. Kami berharap ada bantuan dari pemerintah akibat bencana ini,” katanya kepada wartawan di lokasi, Selasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya