SOLOPOS.COM - Karyawan berbondong-bondong meninggalkan kawasan industri di Pelabuhan Tanjung Emas Kota Semarang yang dilanda banjir, Jumat (2/12/2022). (Solopos.com-Ponco Wiyono)

Solopos.com, SEMARANG – Banjir kembali menggenangi kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, Kota Semarang, Jumat (2/12/2022). Akibat, banjir tersebut sejumlah pabrik pun memutuskan untuk menghentikan kegiatan produksi dan memulangkan karyawan lebih awal.

Seorang pekerja pabrik di kawasan Pelabuhan Tanjung Emas, PT Pinnacle Apparel, mengatakan banjir di kawasan tempatnya bekerja tidak sampai menggenangi bagian dalam. Namun, pengelola memutuskan meliburkan karyawan demi keselamatan dan kenyamanan pekerja.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Saya masuk pukul 07.30 WIB dan di depan sudah macet sampai akhirnya saya naik truk. Air tidak sampai masuk pabrik, tapi tadi ada trfo meledak dan mati lampu sehingga kami dipulangkan,” katanya.

Genangan air hingga Jumat siang dalam pantauan Solopos.com mencapai mata kaki. Sementara pada pagi tadi, Tuti menyebutkan ketinggian hingga lutut.

Mengenai penyebab banjir di Tanjung Emas, Retno Widyaningsih selaku Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Ahmad Yani Semarang mengakui hujan yang lumayan lebat pada Kamis (1/12/2022) malam sebagai pemicunya.

Baca juga: Banjir Bandang Akibatkan 1 Orang Meninggal dan 146 Warga di Pati Dievakuasi

“Bulan Desember bukan fase tertinggi air pasangnya air laut. Tapi, karena hujan deras sampai 9,8 milimeter itu menambah ketinggian air pasang,” jelasnya.

Retno mengingatkan masyarakat sekitar, air pasang akan terus terjadi hingga 4 Desember nanti. Air mulai meninggi, sebutnya, mulai pukul 17.00 WIB hingga puncaknya pada pukul 04.00 WIB.

“Puncak surut air adalah jam 11.00 WIB. Kami sudah konfirmasi ke grup dan memang di seluruh Jawa Tengah terjadi pasang,” ungkapnya.

Baca juga: Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Siap Layani Impor Produk Holtikultura

Terkait penurunan di sekitar Tanjung Emas yang membuat banjir semakin tak terelakkan, Retno pun mengakui hal tersebut memiliki pengaruh.

“Sudah banyak penelitian tentang penurunan tanah, meski BMKG tidak melakukan penelitian penurunan tanah, tapi kita selalu bekerjasama dari BMKG pusat, dengan Undip, dengan universitas lainnya, dan memang itu sudah terlihat dampaknya di kantor kita yang lama saja sudah tenggelam,” jelas Retno.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya