SOLOPOS.COM - Warga Dukuh Citran, Desa Jrakah, Selo, berada di tepi Sungai Gratan, Senin (21/3/2016), yang dipenuhi material batu dan pasir akibat banjir dari Gunung Merbabu pada Minggu (20/3/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Banjir Boyolali, tak hanya menewaskan satu orang, banjir di Jrakah juga menghanyutkan dua jembatan.

Solopos.com, BOYOLALI–Banjir bandang yang melanda wilayah perbatasan Boyolali-Magelang tepatnya di Dukuh Citran, Desa Jrakah, Kecamatan Selo, Boyolali, Minggu (21/3/2016) sore, disertai longsoran material batu dan pasir.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain menyebabkan satu warga Wonolelo meninggal dunia, banjir juga menyebabkan satu jembatan rusak yaitu Jembatan Wonolelo yang berada di jalur utama Solo- Selo- Borobudur (SSB), serta dua jembatan lainnya hanyut dan hilang. Dua jembatan yang hanyut adalah jembatan penghubung ?Dukuh Citran,Jrakah dengan Dukuh Gratan, Wonolelo serta jembatan penghubung Dukuh Citran dengan Dukuh Tempel, Wonolelo.

Ekspedisi Mudik 2024

Dari pantauan Solopos.com, Senin (21/3/2016), sudah tidak ada lagi bekas jembatan karena di aliran Sungai Gratan dan Sungai Tempel itu berubah menjadi timbunan material batu dan pasir.

“Kejadian seperti ini [banjir disertai longsoran material] pernah terjadi sekitar tahun 1990-an. Ini terulang lagi. Tadi pagi teman-teman relawan kami minta survei ke atas [Merbabu]. Informasinya masih ada tumpukan material hingga ribuan kubik, jadi kami masih waspada banjir yang disertai longsoran material,” kata Kades Jrakah, Slamet, saat ditemui Solopos.com, di jembatan Wonolelo, Senin (21/3/2016).

Banjir disertai longsoran material juga merusak ladang warga. Sedikitnya ada 21 petani yang harus merugi karena ladang mereka hanyut diterjang banjir. “Kerugian dari ladang petani saja sekitar Rp500 juta,” imbuh dia.

Seorang petani, Jumar, 65, memiliki 1.000 meter persegi ladang yang ditanami cabai. Akibat banjir Minggu sore, ladangnya tertimbun material batu, pasir, dan lumpur. “Padahal baru sekali panen. Itu hanya baru dapat 4 kilogram. Sekarang malah habis kena banjir.”

Slamet meminta warga di Jrakah saat ini terus waspada bencana banjir. Dia mengimbau warga untuk tetap berada di rumah saat hujan turun. Tim siaga desa (TSD) yang ada di setiap dukuh juga diminta selalu mengaktifkan radio komunikasi.

Camat Selo, Wurlaksono, membenarkan banjir bandang dari Merbabu Minggu sore juga disertai longsoran material batu dan pasir yang cukup banyak hingga ke Sungai Nggremeng di sekitar jembatan Wonolelo.
“Ini baru kali pertama terjadi. Saya minta tokoh masyarakat di Citran mencari tahu, kalau ini kearifan lokal, artinya apa?” kata Wurlaksono.

Sementara itu, Kasi Jembatan Balai Pelaksanaan Teknis (BPT) Bina Marga Wilayah Surakarta, Ukit Waskito Indrajaya, mengatakan kerugian akibat kerusakan jembatan Wonolelo tidak besar. Konstruksi jembatan dinilai masih dalam kondusi aman. Ada kerusakan hanya pada bangunan dasar sungai dan bangunan bawah jembatan. “Namun secara konstruksi tidak ada masalah. Kerusakan pada bagian bawah jembatan kemungkinan karena hantaman material yang terbawa banjir lahar hujan.”

Dari informasi warga sekitar Jrakah dan Wonolelo, aliran banjir lahar hujan sangat deras dengan kecepatan aliran hingga 60 kilometer per jam serta disertai longsoran batu dan pasir.

Disinggung soal perbaikan jembatan, Bina Marga sudah merencanakan agar bangunan di jembatan tersebut dibeton agar lebih kuat. Namun untuk waktu perbaikannya menunggu cuaca stabil apalagi warga di sekitar juga masih waspada terhadap potensi bencana serupa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya