SOLOPOS.COM - Bagian belakang rumah Slamet, warga Dukuh Jarak, RT 016, Desa Karanganyar, Kecamatan Plupuh, Sragen hanya berjarak 5 meter dari tebing bibir Sungai Bengawan Solo. Warga berharap tebing sungai di sepanjang Desa Karanganyar segera dibangun talut. (Taufik Sidiq/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SRAGEN  – Warga yang tinggal di bantaran Sungai Bengawan Solo di wilayah Desa Karanganyar, Kecamatan Plupuh, Sragen merasa ketir-ketir. Pasalnya, mereka khawatir bibir tebing sungai ambrol akibat tergerus aliran air ketika musim hujan seperti saat ini.

Salah satu warga Dukuh Jarak, RT 016, Slamet, 57, menuturkan saat ini rumah yang ditinggalinya hanya berjarak sekitar 5 meter dari tebing sungai. Sekitar 12 meter tanah di tebing sungai sudah ambrol.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Setahun lalu itu kandang kambing milik saya sudah hancur karena tanahnya terus longsor. Kalau rumah tetangga, ada yang kamar mandinya sudah hilang,” ungkapnya saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Sabtu (11/1/2014).

Dijelaskannya, berbagai usaha sudah dilakukan termasuk menguruk tebing sungai serta menanam pohon di sekitar bibir sungai. “Sudah 20 rit truk tanah sudah dikerahkan untuk menguruk tebing sungai,” urai dia.

Meski demikian, ia dan keluarganya tetap merasa khawatir jika sewaktu-waktu tebing sungai kembali ambrol. “Ya ketir-ketir juga kalau nanti kembali ambrol. Tetapi mau bagaimana lagi, rumahnya hanya di sini,” jelas istri Slamet, Tukiyem.

Slamet menjelaskan di wilayahnya terdapat sekitar empat rumah yang terancam longsor. Sementara, di wilayah RT 015, terdapat sekitar tujuh rumah. “Ke wilayah timur itu masih banyak lagi,” tambahnya.

Beberapa waktu lalu, jelas dia, rumahnya pernah ditinjau dari berbagai pihak termasuk Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS). Hanya, hingga kini belum ada tindak lanjut guna mengatasi ambrolnya dinding tebing Sungai Bengawan Solo.

Bayan Desa Karanganyar, Suwondo, sebagian besar warga Desa Karangnyar dari 900an keluarga tinggal di bantaran Sungai Bengawan Solo. “Mereka tinggal di sepanjang 2 km bantaran Sungai Bengawan Solo. Semuanya terancam bibir tebing longsor, tetapi yang paling menghawatirkan warga yang tinggal di sebagian RT 012 hingga RT 016,” terang dia.

Dia menjelaskan hampir setiap musyawarah perencanaan pembangunan desa (Musrenbangdes) digelar, usulan pembangunan talut di sepanjang bantaran Bengawan Solo terus dilakukan. Suwondo menambahkan pihak pemerintah desa (pemdes) juga sudah melakukan upaya.

“Desa pernah memfasilitasi dengan mengalihfungsikan bekas bangunan SD yang sudah tidak dipakai untuk permukiman warga. Sudah ada 14 keluarga yang tinggal di sana. Sudah hampir dua tahun ini. Tetapi, mau memindahkan yang lain juga tidak bisa karena lokasi yang kosong hanya itu. Proses untuk mengalihfungsikan tempat tersebut juga lama, karena harus ada izin,” papar dia.

Lantaran hal itu, pihaknya berharap segera ada solusi terkait kekhawatiran tebing bibir Sungai Bengawan Solo ambrol dengan dibangun talut. “Kami berharap bisa seperti yang ada di daerah Gawan itu,” tukas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya