SOLOPOS.COM - Papan duga di tepi Bengawan Solo, wilayah Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. (JIBI/Solopos/Antara/Slamet Agus Sudarmojo)

Banjir Bengawan Solo menghantui wilayah hilir di wilayah Jawa Timur, namun Kamis malam ketinggian air Bengawan Solo sudah dinyatakan mulai stabil.

Madiunpos.com, BOJONEGORO — Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), sejak Rabu (24/2/2016), mewaspadai ancaman banjir. Ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro, Kamis (25/2/2016) malam, mulai dinyatakan stabil dengan ketinggian pada papan duga air 14,4 m.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Indikasi yang menunjukkan ancaman banjir di sekitar aliran Bengawan Solo wilayah Jawa Timur itu adalah adanya peningkatan ketinggian air Bengawan Solo di Ndungus, Ngawi. “Ketinggian air Bengawan Solo di Ndungus, Ngawi, meningkat tajam, masuk siaga II, dengan ketinggian 7,25 meter, Rabu pukul 12.00 WIB,” ungkap Kasi Operasi UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Mucharom.

Berdasarkan analisisnya ketinggian air Bengawan Solo di hilir Jawa Timur bisa masuk Siaga Banjir karena adanya peningkatan air di Ndungus Ngawi dan hujan lokal di sekitar Bojonegoro. “Kemungkinan banjir yang terjadi tidak terlalu besar sepanjang hari ini tidak terjadi hujan deras di daerah hulu,” katanya.

Naiknya air di Ndungus, Ngawi itu dikonfirmasi Perwakilan Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Solo di Ngawi Andik. Ketinggian air Bengawan Solo di Ndungus Ngawi mencapai 7,00 meter (Siaga II), sejak Rabu (24/2) pukul 06.00 WIB. “Ketinggian Bengawan Solo di Ngawi masih akan terus naik, sebab sehari yang lalu, di wilayah Ngawi terjadi hujan cukup deras dengan waktu lama,” ucapnya.

Ketinggian Bengawan Solo di Ngawi itu bahkan masih ditambah pula oleh pasokan air Kali Madiun yang juga mengalami peningkatan. Sesuai data, ketinggian air Bengawan Solo di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 km, merangkak naik menjadi 27,00 meter, Rabu pukul 12.00 WIB.

Ketinggian air Bengawan Solo pada papan duga di Bojonegoro, yang semula hanya sekitar 10.00 m, pada waktu bersamaan naik menjadi 11,68 m. “Kenaikan ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro rata-rata 0,50 meter, dalam waktu tiga jam,” ucapnya.

Hujan Lokal
Menurut dia, naiknya ketinggian air Bengawan Solo di hilir, Jawa Timur, selain memperoleh pasokan air dari daerah hulu, Jawa Tengah dan Ngawi, juga mendapatkan tambahan pasokan dari hujan lokal. “Ketinggian air Bengawan Solo di Babat, Lamongan, juga Gresik, merangkak naik, tapi saat ini masih di bawah siaga banjir,” ucapnya.

Berdasarkan data, di lokasi stasiun pemantau curah hujan di Ngawi, Paron dan PG Sedono, tercatat curah hujan sehari lalu, masing-masing 97 millimeter, 98 millimeter dan 60 mm. “Kalau curah hujan di Bojonegoro, yang kami catat hanya 26,26 millimeter dan 24,61 meter,” jelas Mucharom.

Dengan demikian, kata dia, curah hujan lokal sehari lalu, masih di bawah normal, meskipun menimbulkan genangan banjir lokal. “Curah hujan yang terjadi durasinya pendek, tapi cukup deras,” ucapnya.

Mulai Stabil
UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro, Kamis pukul 22.00 WIB, menyatakan ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro mulai stabil dengan ketinggian air 14,40 m. “Ketinggian air Bengawan Solo mulai stabil sejak satu jam lalu,” ungkap petugas Posko UPT Pengelolaan Sumber Daya Air Wilayah Bengawan Solo di Bojonegoro Jayadi, sebagaimana dikutip Kantor Berita Antara.

Ia memperkirakan ketinggian air Bengawan Solo di Bojonegoro akan cenderung segera turun karena di daerah hulunya ketinggian air berangsur-angsur surut. “Air di Ndungus Ngawi, yang semula Siaga II dengan ketingian 8,00 meter, berangsur-angsur surut menjadi 6,80 meter [Siaga I] juga pukul 22.00 WIB,” jelas dia.

Begitu pula, lanjut dia, ketinggian air Bengawan Solo di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, dalam waktu bersamaan juga turun menjadi 27,45 meter.  “Tidak ada laporan masuk data ketinggian air Bengawan Solo di Jurug, Solo, Jawa Tengah, yang berarti tidak terjadi banjir,” jelas dia.

Meski ketinggian air mulai stabil, katanya, di daerah hilirnya, mulai Babat, Plangwot/Laren, Karanggeneng, semuanya di Lamongan, masih naik dengan status Siaga II, dengan ketinggian masing-masing 7,71 meter, 5,42 meter dan 4,09 meter. “Ketinggian air di Kuro, Lamongan, juga masih naik, tapi statusnya masih Siaga I, dengan ketinggian 1,92 meter,” ucapnya.

Instruksi Bupati
Menghadapi luapan Bengawan Solo, Bupati Bojonegoro Suyoto menginstruksikan para camat, kepala desa (kades) dan masyarakat di sepanjang bantaran Bengawan Solo , meningkatkan kewaspadaan. “Aktifkan tim penanggulangan bencana di kecamatan dan desa, untuk melakukan pemantauan dan mengurangi resiko bencana,” ucapnya, menegaskan.

Data di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) bahwa daerah yang rawan terendam luapan Bengawan Solo, tercatat sebanyak 47 desa yang tersebar di 13 kecamatan, antara lain, Kecamatan Dander, Kalitidu, Trucuk, Malo, Kota, Balen, Kanor dan Baureno.

Seorang warga Kelurahan Ledokkulon, Kecamatan Kota, Bojonegoro Karsono menjelaskan penyeberangan Bengawan Solo dengan perahu tambang di desanya tidak terpengaruh dengan meluapnya air Bengawan Solo. “Penyeberangan perahu tetap melayani penumpang, meskipun ketinggian air Bengawan Solo, masuk Siaga III,” ucapnya, menegaskan.

Ia mencontohkan salah satu lokasi penyeberangan perahu tambang di desanya dengan tiga perahu tambang, tetap melayani warga dari sejumlah desa di Kecamatan Trucuk, yang akan ke kota. “Penyeberang yang akan ke Kecamatan Trucuk, juga tidak berubah tetap memanfaatkan perahu tambang,” ucapnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya