SOLOPOS.COM - Langgar Bubrah (Instagram/@bambangsoetono)

Solopos.com, KUDUS -- Jika peninggalan sejarah biasanya berupa prasasti dan gedung megah, berbeda dengan peninggalan sejarah di Kabupaten Kudus ini. Bangunan berupa tumpukan batu bata yang tampak seolah berantakan bernama Langgar Bubrah ini dikenal sebagai bangunan bersejarah yang unik dibanding bangunan bersejarah lainnya.

Bangunan Cagar Budaya ini berada di Desa Demangan,  RT 002/ RW 004, Kecamatan Kota Kudus. Dilansir dari Detik.com, Jumat (10/05/2019) ini konon merupakan satu penginggalan yang sudah dibangun jauh sebelum Menara Kudus.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lokasinya sendiri hanya terpaut 300 meter dari Menara Kudus. Untuk menuju Langgar Bubrah, dari arah pusat kota menuju arah jalan kampung Demangan. Jalannya ada di seberang, akses ke arah Menara Kudus.

Baca Juga : Memberi Makan Bulus, Gaya Syawalan Dusun Sumber Kudus

Ekspedisi Mudik 2024

Begitu sampai ke lokasi, tampak  tulisan besar  ‘Langgar Bubrah’ terpasang di tiang khusus. Serta papan  penanda yang menuliskan bangunan ini merupakan cagar budaya.  Penandanya terpasang di dinding batu bata merah.

Kemudian, terdapat pula atap genting berbentuk joglo, berwarna kecokelatan. Mirip rumah joglo khas kota ini. Di bagian luarnya terdapat menhir dan yoni. Juru pelihara Langgar Kudus, Parijoto, menjelaskan bahwa Langgar Bubrah ini dibangun sekitar tahun 1456-an. Pembangunan ini dilakukan 1 abad sebelum kedatangan Sunan Kudus.

Menurut  dia, arkeolog yang telah meneliti bangunan ini berasal dari berbagai negara, di antaranya ada Jerman, China, dan Korea. Sedangkan dari Indonesia adalah Profesor Popi dari  UGM dan Profesor Sinung dari Jakarta. Hasilnya, para peneliti itu menyatakan bahwa Langgar Bubrah merupakan bangunan tertua di Kudus.

Baca Juga : Kabupaten Kudus Menuju Smart City dengan Aneka Aplikasi

Langgar itu sendiri artinya surau atau masjid. Didalamnya ada serambi untuk laki-laki dan serambi untuk perempuan. Di serambi laki-laki ada mihrab, merupakan sisa pagar. Menurut Parijoto, kondisi bangunan tetap seperti dulu, yaitu untuk ibadah, tempat  pertemuan, syukuran dan lainnya.

Selain itu, bangunan ini diprakarsai pembangunannya oleh Raden Poncowati, yang merupakan keturunan Kerajaan Majapahit yang masih bersaudara dengan Raden Patah dari Kerjaan Demak. Saat itu diceritakan kalau Poncowati diajak oleh  Sunan Kudus yang diutus oleh Raden Patah  untuk bergabung ke Kerajaan Demak.

Saat bersedia bergabung ke Kerajaan Demak dan memeluk Islam, meninggalkan agama sebelumnya, yaitu Hindu, tempat ini diubah menjadi langgar atau musala. Melihat kondisi sekarang yang rusak, Parijoto mengatakan bahwa penyebab kerusakan ini adalah adanya ledakan Gunung Muria.

Ledakan Gunung Muria terjadi pada 500 tahun lalu dan mengakibatkan lahar dingin yang turut merusak bangunan ini. Namun ledakan gunung itu dipercaya menyatukan Gunung Muria dan Kudus hingga saat ini.

Dari sekilas di bata bangunan merah terdapat relief-relief menunjukkan bentuk akulturasi kebudayaan Hindu dan Islam. Sementara itu, bagian atap Langgar Bubrah masih berdiri kokoh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya