SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di dampingi Komisaris AirAsia Indonesia Dharmadi (kanan) menandatangani plakat saat menandai persesmian program Jagalan Tlisih Telusur Kampung Pusaka di halaman Masjid Gedhe Kotagede, Bantul, DI. Yogyakarta, Minggu (29/03/2015). Program kolaborasi antara Arsitek Komunitas Yogyakarta (ArKomJogja) dengan Karang Taruna Desa Jagalan yang didukung oleh AirAsia Foundation itu menggagas tur ke perkampungan dengan arsitektur bersejarah, kuliner dan melihat lebih dekat perajin perak lokal Kotagede. Tur Jagalan Tlisih diselenggarakan setiap Minggu dengan tarif Rp 55.000 dengan reservasi melalui jogja@arkom.or.id

Bangunan cagar budaya di Kotagede akan dibeli

Harianjogja.com, JOGJA — Dinas Kebudayaan Kota Jogja berencana membeli sebuah joglo di wilayah Kotagede. Joglo kuno yang disebut-sebut asli khas Kotagede itu berukuran sekitar delapan meter dihargai ratusan juta rupiah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun Kepala Dinas Kebudayaan Kota Jogja belum bisa menjelaskan lebih detail nominal harga dan lokasi joglo yang akan dibelinya, “Nanti kalau sudah deal baru dikasih tahu. Sekarang baru saya ajukan ke Bagian Tata Pemerintahan untuk dianggarkan,” kata Eko, Senin (31/7/2017).

Ia menargetkan dalam tahun ini Joglo tersebut dapat dimiliki Pemerintah Kota Jogja. Rencananya joglo yang usianya sudah lebih dari 60 tahun itu akan dipasang di depan kantor Dinas Kebudayaan yang baru di depan Koramil Kotagede.

Karena, menurutnya, joglo yang ada di kantor dinas saat ini tidak asli. “Kalau yang akan dibeli ini dipastikan asli khas Kotagede, bisa dilihat dari tiang dan sokonya,” ujar Eko.

Sementara itu Direktur Pusat Studi Dokumentasi dan Pengembangan Budaya Kotagede, Ahmad Charis Zubair Dinas Kebudayaan perlu memertimbangkan kembali niatnya membeli Joglo. Karena saat ini masyarakat Kotagede sudah mempunyai kesepakatan untuk tidak menjual joglo khas Kotagede jika pembeli akan memindahkan joglo dari tempat semula.

“Kecuali kondisi joglo sudah mengkhawatirkan dan kondisinya tidak terjaga di lokasi awal,” kata Charis.

Chari mengaku kesepakatan itu sudah ada sejak beberapa tahun lalu, setelah ada pembeli yang memindahkan Joglo ke luar daerah. Ia khawatir joglo khas Kotagede habis sehingga menghilangkan keunikan kota bekas ibu kota kerajaan Mataram tersebut.

Ia mencatat dari sekitar 176 joglo khas Kotagede, saat ini tinggal sekitar seratusan unit karena sudah berpindah tangan, dan diangkut pembeli ke luar wilayah Kotagede. Pemiliknya menjual joglo dengan berbagai alasan, di antaranya merasa tidak bermanfaat, karena pemiliknya sudah keturunan kesekian sehingga tidak memahami nilai sejarah dari joglo.

Charis menyatakan joglo asli Kotagede dapat diketahui dari memiliki empat soko dan menghada ke arah selatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya