SOLOPOS.COM - Ilustrasi bangunan tua. (Dok/JIBI/Harian Jogja)

Solopos.com, SOLO — Sebuah pagar tembok kuburan China di Jl. Mr. Sartono wilayah Debegan, Mojosongo, terancam membahayakan warga dan pengguna jalan sekitar. Pasalnya, sebagian fondasi tembok berusia puluhan tahun itu jebol sehingga rawan ambrol.

Ketua pelaksana harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solo, Eko Nugroho, mengatakan bangunan tembok sepanjang enam meter dan tinggi dua meter itu harus segera dibongkar. Pihaknya khawatir bangunan tersebut sewaktu-waktu bisa roboh karena dimakan usia.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Selain sudah tua, tembok itu berdiri di tanah yang labil. Kalau dibiarkan bisa membahayakan pengguna Jl. Mr. Sartono,” ujarnya saat ditemui wartawan di Balai Kota Solo, Selasa (26/11/2013).

Sejauh ini, pihaknya sudah berkoordinasi dengan kelurahan terkait keberadaan bangunan tersebut. Namun, dia belum bisa bertindak lebih jauh karena bangunan diketahui milik pribadi. Eko mengatakan pemilik tembok kini sudah meninggal. Sementara ahli warisnya sekarang tinggal di Jakarta. “Kami baru bisa berkomunikasi dengan penunggu bangunan di sana,” ucap Eko.

Pihaknya menargetkan pembongkaran tembok bisa dilakukan akhir tahun ini. Lantaran bukan milik Pemkot, Eko meminta bangunan dirobohkan secara mandiri. Sementara itu, pihaknya terus memetakan titik rawan longsor lain di Kota Solo. Eko mengatakan, kajian tersebut nantinya akan dilaporkan ke BPBD Provinsi sebagai dokumen pengendalian bencana. “Kami terus melakukan mapping sejumlah bencana. Saat ini yang sedang diseriusi tanah longsor dan banjir,” tuturnya.

Eko menambahkan, pemetaan banjir kini sudah mulai mengerucut. Dari kajiannya, wilayah seperti Pucangsawit, sekitar RSUD dr Moewardi, Pasar Kliwon, dan kawasan bantaran Sungai Bengawan Solo menjadi fokus penanganan banjir. “Kami memetakan berdasarkan titik-titik genangan. Tidak menutup kemungkinan jumlahnya bertambah. Kami masih melaukan pendataan.”

Wali Kota Solo, F.X. Hadi Rudyatmo, membenarkan tanah longsor dan banjir cenderung menjadi tren bencana di Kota Bengawan. Oleh karena itu, Rudy meminta SKPD terkait turun ke lapangan untuk melihat kondisi yang sebenarnya. “Kondisi wilayah kan terus berkembang. Pembaruan kajian wajib dilakukan,” katanya.

Lebih jauh, Rudy memastikan anggaran tak terduga senilai Rp2 miliar tetap ada meski BPBD telah terbentuk. Selama ini, anggaran tersebut digunakan sebagai kompensasi bencana bagi rakyat. “Anggaran tak terduga masih perlu digunakan untuk kondisi kelaparan atau penyakit,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya