SOLOPOS.COM - JIBI/Harian Jogja/Desi Suryanto Ratusan petani yang tergabung dalam Forum Komunikasi Penggarap Lahan Pesisir (FKPLP) menggelar aksi untuk meminta kompensasi dari Pura Pakualaman atas tanah Pakualaman Ground yg selama ini digarap warga di Alun-alun Sewandanan, Kompleks Pura Pakualaman, Yogyakarta, Kamis (15/09/2016). Petani yang datang dari empat desa, Glagah, Palihan, Sindutan dan Jangkaran yang terkena proyek pembangunan bandara itu menuntut kompensasi minimal 1/3 dari nilai kompensasi angkasa pura membayar Pakualaman karena mereka menilai akan kehilangan lahan pertanian yang selama ini mereka garap dan pasti akan kehilangan mata pencaharian.

Bandara Kulonprogo dipertanyakan terkait kompensasi pada warga penggarap Pakualaman

Harianjogja.com, JOGJA– Ratusan warga penggarap lahan Pakualaman Ground (PAG) dari empat desa di Kulonprogo menuntut kompensasi sepertiga dari perkiraan harga lahan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal itu diungkapkan warga dalam orasi yang digelar di Pura Pakualaman Jogja, Kamis (15/9/2016).

Koordinator Forum Komunikasi Penggarap Lahan Pesisir (FKPLP) Sumantoyo, mengungkapkan berdasarkan analisis tim pembangunan bandara, kata dia, harga lahan pesisir selatan termasuk lahan PAG yang digarap rata-rata Rp450.000 per meter.

Oleh karena itu, ia meminta Rp150.000 per meter atau sepertiga dari harga lahan per meter itu. Warga beralasan, atas jerih payahnya dengan memanfaatkan lahan membuat produktivitasnya meningkat sehingga harga tanahnya relatif tinggi.

Total lahan PAG digarap warga yang kini akan digunakan untuk pembangunan bandara sekitar 161 hektare. Tanah itu digarap sekitar 850 orang yang dimanfaatkan untuk berbagai macam, mulai dari pertanian, peternak, perikanan hingga sudah berdiri bangunan penginapan.

Jika dihitung rata-rata maka setiap penggarap memanfaatkan lahan sekitar 1.894 meter persegi.

“Kalau bayar sewa tidak, tetapi ada beberapa warga yang membayarnya ke pemerintah desa, seperti penginapan itu sekitar Rp800.000 pertahun tetapi diserahkan ke desa,” ungkap dia.

Salahsatu wanita berumur 53 yang enggan disebut namanya mengakui menggarap lahan PAG sejak dari orangtuanya terdahulu. Kini ia masih menggarap sekitar 1.500 meter persegi untuk pertanian.

Lahan tersebut, imbuhnya, merupakan satu-satunya yang digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga, seperti menyekolahkan ketiga anaknya yang kini duduk di bangku SMP dan SMA.

“Karepe iki njaluk, mengko iso dinggo buka gawean liyane [ini mau minta kompensasi untuk modal pekerjaan],” ucap wanita yang biasa menanam Melon dan Semangka di lahan PAG ini.

Perwakilan Pakualaman, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Kusumo Parastho mengatakan pihaknya belum bisa menyampaikan jumlah nominal yang akan diberikan kepada warga sebagai kompensasi.

Akantetapi, ia memastikan bahwa Pura Pakualaman akan memberikan kompensasi kepada warga penggarap PAG yang terdampak bandara.

“Kalau itu [jumlah nominalnya] belum, karena masih proses, mereka kan meminta kepastian saja datang ke sini,” ungkap dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya