SOLOPOS.COM - Serma Maryono (kiri) bersama sejumlah petugas ATC memandu pesawat di tower base ops Lanud Adisutjipto belum lama ini. (JIBI/Harian Jogja/Sunartono).

Bandara Adisutjipto memiliki petugas ATC yang selalu siaga memandu pilot saat bertugas di udara.

Harianjogja.com, SLEMAN-Petugas Air Traffic Controller (ATC) Bandara Adisutjipto, Sleman, memiliki tugas berat dalam memandu si burung besi agar tidak celaka. Konsentrasi dan ketelitian diperlukan selama bekerja.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di menara bagian atas terdapat sebuah ruang tempat pemandu lalu lintas udara atau air traffic controller (ATC) beroperasi. Di Bandara Adisutjipto, letak menara berada di area base ops pangkalan udara TNI AU. Ruangan mini itu dikelilingi kaca transparan dan peralatan yang sederhana.

Jumat (12/6/2015) pekan lalu, empat petugas di menara itu dengan konstentrasi penuh memandu pergerakan pesawat. Mereka adalah Sersan Mayor (Serma) Maryono sebagai ground controller. Ia duduk paling kanan, agar mudah melongok pesawat yang datang di landasan sisi barat. Dua petugas di sebelah kirinya yaitu Serma Tukino sebagai tower controller dan asistennya, Serma Gandi. Duduk di paling kiri, Arif, mahasiswa magang dari Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia (STPI) Curug sebagai flight date.

Ekspedisi Mudik 2024

Di depan mereka ada tiga layar komputer dan hanya satu yang menyala dan memperlihatkan rute penerbangan. Kemudian tiga pesawat radio berwarna kuning, hijau dan putih. Masing-masing dilengkapi satu speaker seukuran spidol besar. Ketiganya sebagai alat komunikasi dengan kapten pilot pesawat yang akan masuk atau keluar dari Adisutjipto.

“GA two zero six,” ucap Serma Maryono terdengar lamat-lamat di radio ketika pesawat Garuda Indonesia GA 206 roda depannya sukses menapaki landasan.

Ketika itulah sebagai ground controller, Serma Maryono, memegang kendali penuh pesawat tersebut. Dia menunjukkan jalur yang harus dilalui agar tidak bertabrakan dengan pesawat lain sampai menuju ke area parkir.

Setelah memastikan GA 206 sampai di tempat parkir, tangan kanan Maryono meraih sebuah kertas berukuran panjang sekitar 15 sentimeter dan lebar lima sentimeter berwarna kuning di atas tatanan besi di depannya. Ia menggerakkan pena di atas kertas itu. Lalu kertas diberikan kepada rekan di sampingnya dan dioper lagi ke flight date untuk disimpan sebagai data kedatangan pesawat.

“Kertas warna kuning untuk kedatangan,” ungkap petugas ATC lainnya, Peltu Mulyani.

Tak lebih dari lima menit, Maryono kembali memandu pesawat dari maskapai lain. Sembari mendekatkan radio di bibirnya, ia mengambil kertas berwarna hijau. Kertas itu berisi identitas pesawat berikut call sign serta rute dan ketinggian yang akan ditempuh.

Dalam hitungan detik, sebuah pesawat boeing A-400 bergerak keluar dari area parkir menuju landasan. Burung besi itu sepenuhnya takluk pada suara bintara TNI AU itu, sampai perlahan mengudara dengan suara menggelegar. Tapi Maryono tidak menyerahkan kertas hijau yang dipegangnya itu ke flight date. Kertas itu diberikan kepada Serma Tukino selaku tower controller. Tukino lantas memasang kertas itu di tatanan besi yang ada di depan tempatnya duduk. Pesawat masih dipantau Tukino saat mengudara sejauh lima nautical mile atau sekitar 10 kilometer. Selebihnya menjadi tugas airnav.

“Kalau kertas hijau itu keberangkatan,” imbuh Mulyani lagi.

Setelah dua pesawat komersial keluar dan masuk bandara, kini giliran pesawat latih TNI AU yang berjuluk five delta untuk bersiap take off. Sebuah pesawat buatan Jerman Grob G-120 TP pun sukses meninggalkan landasan pacu. Maryono kembali menggapai kertas dengan ukuran yang sama namun berwarna putih. Isi tulisan di dalam kertas itu sama dengan sebelumnya.

“Bedanya kalau kertas putih ini khusus untuk pesawat lokal seperti pesawat latih,” kata Mulyani.

Rekaman data itu dilakukan secara manual, tidak sepenuhnya bergantung pada perkakas elektronik. Petugas biasa menuliskan data itu pada kertas kecil tersebut sehari sebelum bekerja. Data itu bisa dilihatnya melalui rencana penerbangan sehingga petugas di menara ATC tak perlu menuliskan lagi agar bisa konsentrasi komunikasi dengan pilot.

Mulyani mengatakan pemandu penerbangan sangat butuh konsentrasi, apalagi ketika ada permintaan mendarat darurat akibat kerusakan. Petugas harus menyingkirkan pesawat lain yang akan mendarat dengan mencarikan rute yang aman. Keputusan itu harus diambil dengan cepat dan tepat oleh empat pemandu tersebut. Tidak hanya itu, mereka juga harus berkoordinasi dengan tim penyelamatan, termasuk mendatangkan pemadam kebakaran, ambulans dan tim medis ke lokasi pendaratan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya