SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jogjakarta–Senin (15/11) pagi ini, secara visual langit Jogjakarta cerah. Warnanya biru dan yang berterbangan di udara adalah debu-debu biasa, bukan debu vulkanik lontaran Gunung Merapi. Meski demikian, Bandara Adisutjipto masih ditutup untuk penerbangan dan rencananya akan dibuka kembali setelah pukul 18.00 WIB nanti.

“Kami masih melanjutkan notam (notice to airmen) penutupan bandara sampai pukul 18.00 WIB,” kata GM Adisutjipto Jogjakarta Agus Adrianto, Senin.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Jika tidak ada perubahan kondisi cuaca dan udara maka Bandara Adisutjipto akan segera membuka penerbangan kembali. “Pokoknya sampai dicabut, baru beroperasi seperti biasa. Kita patuhi notam,” sambung Agus.

Dia menuturkan, pantauan cuaca yang merupakan laporan dari Pangkalan TNI AU di Yogyakarta, kondisi cuaca bagus. Secara visual langit tampak biru dan tidak ada pengaruh debu vulkanik.

“Kita patuhi notam yang dikeluarkan. Yang berhak mencabut notam adalah pemerintah (Kementerian Perhubungan). Kita juga selalu koordinasi terus dengan perhubungan, kami laporkan fakta tentang kondisi cuaca juga,” sambung Agus.

Dikatakan dia, akibat penutupan bandara, banyak usaha di Jogja yang lesu. Misalnya saja usaha hotel dan penginapan. “Kasihan juga mereka, semoga cuaca makin bagus dan Merapi juga normal lagi. Kalau nggak membaik, pengusaha-pengusaha itu jadi lesu, kasihan,” ucap Agus.

Sejak penutupan Bandara Adisutjipto, orang-orang yang akan pergi ke Jogja melalui jalur udara harus mendarat di Solo atau Semarang. Selanjutnya perjalanan disambung dengan transportasi darat. Dengan begitu, waktu yang dibutuhkan menjadi lebih lama.

Notam merupakan peringatan yang diberikan kepada semua pelaku penerbangan, termasuk para pemilik maskapai. Notam dikeluarkan oleh Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan. Notam terkait penerbangan akibat abu vulkanik Merapi ini dikeluarkan sejak 8 November lalu.

Debu vulkanik akibat letusan gunung berapi, seperti halnya Merapi, tidak saja mengganggu kesehatan manusia, namun juga bisa membahayakan mesin pesawat. Sebab debu tersebut bisa menyebabkan mesin pesawat mati.

Dalam mesin pesawat, ada bagian berputar yang dinamakan fan compressor turbine dan ada bagian diam yang menjadi tempat pembakaran (kamar bakar). Ketika suatu pesawat masuk ke daerah yang berdebu maka debu tersebut akan masuk ke dalam engine. Akibatnya kompresor kotor.

“Karena itu menyebabkan udara yang masuk ke engine menjadi berkuran dan akibatnya engine menjadi kehilangan daya,” kata pengamat mesin pesawat dari ITB, Firman Hartono, Senin (1/11).

Ketika debu masuk ke ruang bakar, maka akan menyebabkan campuran bahan bakar dan udara tidak bagus. “Ini menyebabkan flame out, apinya mati karena kurang oksigen,” terang Firman.

Apabila debu vulkanik masuk ke turbin, maka akan terjadi lelehan. Sebab debu tersebut berupa glass yang akan meleleh dalam panas sekitar 1.100 derajat Celcius. Ketika meleleh, debu tersebut akan menjadi liquid dan menghantam turbin.

“Liquid akan menempel di sudut turbin sehingga menyebabkan blocking dan akibatnya udara tidak bisa lewat. Power engine pesawat akan turun, dan yang paling buruk engine-nya mati,” jelas Firman.

dtc/tiw

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya