SOLOPOS.COM - Band Indie Farfalla Kurenai pengusung Visual Kei Japanese Rock di Soloraya (Mahardini NA/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Ngeband biasanya menjadi ajang berbagi kesenangan bersama anak muda. Selepas main musik bersama, mereka kembali ke rutinitas. Namun hal ini tidak berlaku bagi para personel band pengusung aliran visual kei japanese rock, Farfalla Kurenai (FaKu).

Para personelnya, yaitu Auru (vokal), Teru (gitar), Aoi (bas), Asami (gitar), dan Kei (drum) menganggap band sebagai keluarga. Kekompakan band yang terbentuk 12 Desember 2012 ini terlihat dari aksi panggung mereka di berbagai gig.

Promosi Isra Mikraj, Mukjizat Nabi yang Tak Dipercayai Kaum Empiris Sekuler

“Kekeluargaan FaKu terlihat saat manggung. Ketika ada kesalahan di panggung, personel FaKu saling dukung dengan saling menutupi. Kekompakan itu juga sampai keluar panggung. Kami aktif kumpul-kumpul sampai kenal dekat dengan keluarga asli masing-masing. Ini bukan sekadar band,” kata Auru kepada Solopos.com, di Studio Musik Fast, Pajang, Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Rabu (9/10/2013).

Ekspedisi Mudik 2024

Karena itu, FaKu belum pernah mengalami bongkar pasang personel. Farfalla Kurenai yang berarti kupu-kupu merah tua mantap mengusung aliran visual kei ke Kota Bengawan. “Awalnya kami sama-sama suka dengan komik, serial, hingga musik asal Jepang. Setelah itu mulai tertarik untuk memainkan J-Rock. Baru setelahnya kami masuk ke visual kei karena lebih total. Enggak cuma main musik saja, tapi lengkap dengan dandanan ala Jepang gotik yang lebih kompleks. Kalau hanya main musik sih biasa,” beber Auru.

Dengan padatnya aktivitas manggung, FaKu sangat memikirkan kebutuhan kostum yang mereka kenakan. “Kami ingin orang yang enggak tahu musik kami paling tidak bisa mengenang aksi panggung kami dengan penampilan yang berbeda. [Harga] kostum yang disiapkan bisa sampai Rp1,5 juta/penampilan. Ini belum termasuk aksesori dan latihan. Untuk menyiasatinya, kami berikan jarak penggunaan kostum. Tapi itu untuk kepuasan sendiri juga,” kata gitaris FaKu, Asami.

Pentas Nasional

FaKu mendapatkan banyak pengaruh dari The Gazette, Deluhi, Dir En Grey, Larc En Ciel, Nightmare, Acid Black Cherry, Golden Bomber, Alice Nine, One Ok Rock, Asian Kungfu Generation, Nocturnal Bloodlust, Maximum The Hormone, Sadie, Nega, Pereztroika, dan X-Japan. Band yang menjalani debut dengan menjuarai festival Keiran yang diselenggarakan di SMAN 7 Solo Maret lalu ini telah masuk pentas musik nasional. FaKu dinobatkan sebagai 10 besar band terbaik dalam acara Japan Music Concert and Cosplay Performer di Jakarta, September lalu.

“Waktu main di Jakarta, kami membawakan lagu kami sendiri berjudul Crimson Butterfly dan lagu dari Nocturnal Bloodlust berjudul Trigger. Menyesuaikan musik keras yang kami bawakan, kami memakai kimono dan hakama [celana setelan kimono dari Jepang]. Personel kami ada yang didandani dengan perban dan darah buatan,” kata Asami.

FaKu juga akan merilis album mini perdana mereka akhir 2013 ini. “Akhir tahun rencananya kami merilis empat lagu dulu. Saat ini yang sudah siap Crimson Butterfly. Yang lain sedang tahap rekaman,” jelas Auru.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya