SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi guru taman kanak-kanak (TK). (JIBI/Solopos/Dok.)

Balai Bahasa Jateng mendorong para guru PAUD dan SD mengunakan bahasa Jawa sebagai bahasa pengantar belajar.

Semarangpos.com, SEMARANG — Balai Bahasa Jawa Tengah mendorong penggunaan bahasa Jawa yang merupakan bahasa daerah di Jateng sebagai pengantar dalam pembelajaran di pendidikan anak usia dini (PAUD) dan sekolah dasar (SD).

Promosi Cerita Klaster Pisang Cavendish di Pasuruan, Ubah Lahan Tak Produktif Jadi Cuan

“Usia PAUD, termasuk taman kanak-kanak (TK) dan SD seharusnya mulai ditanamkan tentang kebinekaan bangsa Indonesia, termasuk bahasa daerah,” kata Kepala Balai Bahasa Jateng, Pardi Suratno, di Semarang, Selasa (21/2/2017). Hal tersebut diungkapkannya di sela-sela Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional 2017 yang berlangsung di Balairung Universitas PGRI Semarang (Upgris).

Diakui pimpinan Balai Bahasa Jateng itu, sekarang ini, sangat sulit ditemui PAUD dan SD yang mengenalkan bahasa Jawa kepada peserta didik. Kebanyakan guru PAUD dan SD, menurut pengamatan Pardi Suratno, justru menggunakan bahasa asing, yakni bahasa Inggris, sebagai pengantar dalam kegiatan belajar mengajar.

“Sekarang, PAUD dan SD saja cenderung pakai bahasa Inggris. Padahal, bahasa lokal atau bahasa daerah harus dilestarikan. Saya takut anak-anak muda akan kehilangan kemampuan mengenai bahasanya sendiri,” katanya.

Bahasa daerah yang menjadi bahasa ibu, kata Pardi, menunjukkan identitas bangsa sehingga pentingnya kampanye persatuan dalam keberagaman atau multikultural harus digencarkan, bukan malah asyik dengan bahasa asing.

Sementara itu, Rektor Upgris, Muhdi, mengatakan bahwa pengembangan dan pelestarian berbagai jenis budaya lokal, termasuk bahasa, harus dilakukan seiring dengan peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional. “Pelestarian bahasa daerah harus dilakukan. Setidaknya, Indonesia memiliki 707 bahasa daerah atau bahasa ibu yang masing-masing memiliki ciri khas dan karakteristik. Kalau tidak dijaga, bahasa daerah akan hilang,” kata pimpinan salah satu kampus di Semarang itu.

Keberadaan bahasa Indonesia, kata dia, merupakan bahasa pemersatu. Akan tetapi, bahasa daerah tidak kalah penting perannya dalam keberagaman masyarakat Indonesia. “Lingkungan kampus pun memiliki posisi penting untuk melestarikan keanekaragaman yang ada. Mahasiswa di kampus sendiri ‘kan memiliki keanekaragaman etnis, suku, dan budaya. Keragaman yang ada ini, kami terus pelihara,” katanya.

Dalam peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional, Upgris menggelar berbagai kegiatan, seperti perlombaan yang diikuti siswa jenjang SMA dan sederajat di Jawa Tengah, mulai lomba menari Jawa kreasi, lomba macapat, hingga lomba mendongeng berbahasa Jawa. “Kami mencatat total ada 19 tim peserta untuk lomba tari, 19 peserta lomba dongeng, dan 44 peserta untuk lomba tari yang merupakan wujud konkret Upgris nguri-uri dan melestarikan budaya dan keberagaman yang ada,” pungkas Muhdi.

 

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya