Solopos.com, SUKOHARJO — Salah satu warung kaki lima yang menjual tengkleng di Jl Kunir V, Solo Baru, Grogol, Sukoharjo, mendadak viral di media sosial beberapa hari terakhir. Bukan karena sajian kulinernya mendapatkan respons bagus, namun karena harga yang dipatok pedagang dinilai “ngepruk” pembeli.
Kabar tersebut sempat viral di sejumlah akun media sosial yang mengunggah banyaknya review buruk setelah menjajal tengkleng di warung tersebut. Mereka mengeluhkan makanan yang disajikan selain harganya tidak masuk akal juga penyajian yang dinilai tidak higienis.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Dari sejumlah review diketahui para pembeli diminta membayar Rp100.000 hingga Rp180.000 untuk dua porsi nasi dan tengkleng komplet beserta minuman. Sejumlah warganet juga mengaku menjadi korban lantaran harga yang dipajang di depan warung tidak sesuai dengan harga saat membayar.
Baca Juga: Lagi Viral Kuliner Rating Rendah di Soloraya, Banjir Komentar Sadis
Solopos.com mendatangi warung tersebut pada Senin (6/12/2021) dan sempat berbincang dengan pedagang tengkleng yang viral di Soloraya tersebut, Harsi, 55. Ia mengaku tidak mengetahui adanya respons buruk tersebut dari masyarakat yang pernah makan di warungnya.
Ia hanya menyadari selama beberapa waktu terakhir warung tempatnya berjualan sepi pembeli. “Sebenarnya saya itu harganya normal. Kalau mau porsi kecil ya harganya Rp15.000. Tapi pembeli yang datang ke sini saya tawarin mau apa saja, dan meminta porsi komplet. Saya hargai sesuai permintaan. Saya rasa harga segitu [Rp100.000] satu porsi wajar karena pembeli mintanya berbagai macam jenis isinya,” ucapnya.
Pembeli Tidak Protes Saat Membayar
Harsi mengaku terkejut ketika mendengar kabar warung tengkleng miliknya viral karena respons buruk yang diberikan pembeli. Ia mengaku tidak ada yang berdebat dengannya di warung setelah membayar.
Baca Juga: Tak Hanya Diancam, Korban Pencurian Motor di Baki Juga Dimintai Tebusan
“Kalau di sini [warung] tidak ada yang marah-marah. Ya cuma tanya kok mahal? Saya jawab kalau pesannya bukan tengkleng komplet ya harganya beda lagi, tidak mahal,” terangnya.
Terkait harga yang tidak sesuai yang dipajang di banner warungnya, Harsi mengaku tidak bisa baca tulis. Sehingga ia kebingungan untuk mengubah harga yang terpampang di warungnya sesuai dengan yang ia jual sekarang.
“Saya tidak pernah sekolah, tidak bisa baca tulis. Kalau mau buat harga menu saya tidak bisa. Itu saja karena ada yang menawarkan terus dibuatkan,” imbuhnya.
Baca Juga: Polres Sukoharjo Galang Bantuan untuk Korban Erupsi Semeru
Harsi juga menampik testimoni sejumlah pelanggan yang menuding cara penyajian di warungnya yang tidak higienis. Ia menyatakan warga yang memberikan respons tersebut hanya orang-orang yang tidak suka dengan usahanya.
Tanggapan Paguyuban PKL
“Yang bilang itu ya orang-orang yang tidak suka dengan saya. Biar usaha saya sepi dan bangkrut,” ujarnya sambil berlinangan air mata.
Terpisah, Ketua Paguyuban Setia Kawan PKL Solo Baru, Sudarsi, mengatakan Harsi tidak termasuk anggota paguyuban PKL setempat. Cerita tentang warung tengkleng milik Harsi yang viral tersebut menurutnya sudah lama ia dengar.
Baca Juga: Dianggap Tak Efektif, APILL Simpang Kadilangu Baki Sukoharjo Dipindah
Sudarsi juga mengaku sudah berupaya mengingatkan si penjual namun tidak pernah didengar. “Banyak yang laporan ke saya karena orang-orang yang kecewa setelah makan itu mencari ketua paguyuban untuk laporan. Jadi saya tahu bagaimana keluhannya. Kami sudah sempat beberapa kali ke sana tapi ya tetap saja ndableg,” ucapnya.
Sudarsi berencana berkoordinasi dengan Pemkab Sukoharjo terkait kejadian viral tersebut. Ia khawatir hal tersebut dapat membuat pengunjung Solo Baru khususnya dari luar kota enggan untuk berwisata kuliner lantaran takut harganya “ngepruk”.
“Kalau khawatir pasti khawatir. Nanti dikenalnya jajan di Solo Baru itu mahal. Takutnya berdampak pada usaha kuliner pedagang lainnya di Solo Baru yang sebenarnya sudah menerapkan harga yang wajar,” bebernya.