SOLOPOS.COM - Ilustrasi melawan Covid-19. (freepik)

Solopos.com, JOGJA – Bakul soto lamongan di depan XT Square Jogja yang positif Covid-19 melayani sekitar 100 pembeli per hari. Dengan demikian, para pembeli yang datang pada periode 14-25 Agustus 2020 diminta segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat.

Ketua Harian Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Kota Jogja, Heroe Poerwadi, mengatakan hingga Senin (31/8/2020) sebanyak 25 orang kontak erat kasus Soto Lamongan menjalani swab atau uji usap. Dari jumlah tersebut, 11 dinyatakan positif, delapan negatif, dan enam orang lainnya masih menunggu hasil laboratorium.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

"Kasus ini membuat kita harus melakukan tracing kepada 10 [tambahan kasus] ini ke mana saja interaksinya, kita coba untuk tracing lalu untuk lakukan blocking," tambah Heroe.

Rumah TNI AU Adi Sumarmo Terdampak Tol Solo-Jogja, Gantinya Lebih Luas

Asimptomatik

Mayoritas pasien positif dari klaster Soto Lamongan merupakan pasien asymptomatic atau tanpa gejala.

"Ada 10 orang yang isolasi mandiri, satu orang yang dirawat di rumah sakit," imbuhnya.

Tercatat tiga orang telah melaporkan diri sebagai pembeli soto Lamongan dalam kurun waktu Agustus ini. Heroe menyebutkan dua orang mengaku makan di tempat sementara satu orang mengaku membeli soto namun dibungkus.

"Mereka teindikasi, besok dijadwalkan akan diperiksa," ujar Heroe.

Jumlah pelapor sebagai pembeli mulai banyak yang masuk, Heroe memaparkan ada rombongan pesepeda dan pembeli lainnya yang telah melapor selain tiga pembeli tadi.

"Kita arahkan mereka untuk melakukan pemeriksaan di layanan kesehatan," tambahnya.

Sejoli Mesum di Taman Maramis Kota Probolinggo, Videonya Viral

Banyak masyarakat yang mengaku sebagai pembeli soto Lamongan tidak mengejutkan. Heroe mengutarakan bahwa dalam sehari di masa pandemi seperti ini, warung tersebut setidaknya menghabiskan lima kilogram daging atau setara sampai 100 orang pembeli. Sehingga Heroe menganjurkan bagi warga yang membeli soto dalam kurun 14-25 Agustus 2020 untuk memeriksakan diri ke layanan kesehatan.

Sempat Menolak Swab

Dikatakan Heroe klaster Soto Lamongan melebar karena yang bersangkutan sempat beberapa kali menunda-nunda Swab. "Kalau menunda terus ya begini dampaknya," tegasnya.

Semakin lama melakukan swab, semakin lama warung buka maka semakin banyak orang atau pembeli yang datang dan melakukan kontak.

"Akibatnya seperti ini, kalau ada sesuai misal Swab ya harus segera, semakin cepat diketahui, Soto Lamongan ini mundur-mundur terus, karena awalnya sempat tidak mau [swab]. Klaster Soto Lamongan dijadikan sarana untuk mawas diri untuk menjalankan protokol Covid-19 di usaha kecil," jelasnya.

8 Fakta Unik Usai Arsenal Juara Community Shield

Secara tegas Heroe juga meminta pejabat di wilayah melakukan inspeksi atau pengawasan ke sejumlah tempat usaha kecil seperti toko, hingga angkringan menyangkut penerapan protokol Covid-19. Pasalnya warung Soto Lamongan dinilai belum menjalankan protokol Covid-19 dengan baik.

"Mereka [usaha kecil] juga harus menerapkan protokol kesehatan, menyediakan hand sanitizer, menjaga jarak, rutin membersihkan benda yang kerap disentuh," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya