Bajunya Jonjing

Sore itu, Lady Cempluk ngebel-ngebel suaminya, Jon Koplo, yang katanya pergi hanya untuk beli pakan burung. Namun sampai pukul 18.00 WIB, Koplo tak kunjung pulang.

Setelah 30 menit ditunggu, akhirnya Koplo datang juga. “Gimana ta Mas, jadi tidak jagong-nya, jam segini baru pulang, jagong-nya ke Solo je, butuh waktu lama. Karena malam Minggu, jalanan macet. Yen telat ngisin-ngisini Mas,” omel Lady Cempluk kepada suaminya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tanpa menjawab omelan sang istri, Koplo bergegas ambil handuk terus mandi, diteruskan salat Magrib.

Karena waktu sudah menunjukkan pukul 18.50 WIB, Koplo tergesa-gesa memakai pakaian batik yang sarimbit dengan istrinya. Cempluk wajahnya sudah peteng bak mendung mau hujan. Maklum saja perjalanan Karanganyar-Solo mana bisa ditempuh dalam waktu 10 menit. Padahal undangan jagong pukul 19.00 WIB.

Setelah berjibaku dengan lalu lintas yang ramai, akhirnya pasangan itu sampai di tempat resepsi yang kondang di Solo. Para tamu undangan sudah pada datang. Among tamu dengan ramah menyalami para tamu. Salah satu among tamu, sebut saja Tom Gembus, dari kejauhan sudah nglilang-ngliling Koplo sehingga dia jadi salah tingkah.

Setelah bersalaman dengan Gembus, Koplo dapat bisikan, “Pak, nyuwun pangapunten, rasukan panjenengan jonjing, mangga pun aturi tindak dateng toilet riyen [Pak, maaf pakaian Anda tak rata, mari ke toilet dulu],” kata Tom Gembus.

Mak prepet, muka Jon Koplo jadi merah padam menahan malu. Dengan menggandeng istrinya, Koplo mlipir-mlipir ke luar mencari toilet untuk memperbaiki kancing baju yang salah masuk lubang kancing.

“Makanya Pak, kalau berangkat jagong waktunya jangan dipres, jadinya malah seperti ini,” kata Lady Cempluk dengan mbesengut.

Koplo pun menjawab dengan santai, “Ya idep-idep dinggo crita karo anak-anak mengko neng omah.”

Asiyati Romansyah, Perumahan Puri Kahuripan Blok G 12 RT 002/RW 008, Jati, Jaten, Karanganyar.