SOLOPOS.COM - Masduri, Peneliti di Lingkaran Metalogi Yogyakarta.

Masduri, Peneliti di Lingkaran Metalogi Yogyakarta.

Penampilan para tersangka kasus korupsi belakangan ini menjadi sorotan tajam, bukan karena pakaian yang mereka kenakan terlalu terbuka seperti kebanyakan artis, tetapi mereka tampil dengan pakaian yang sangat agamis. Bahkan tidak saja mengenakan jilbab seperti yang dipakai mayoritas muslim Indonesia, sebagian dari mereka memakai cadar saat dipanggil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau saat menjalani persidangan. Sementara sebelum menjadi tersangka kasus korupsi, mereka tidak pernah mengenakan jilbab atau cadar, bahkan pakaian yang dikenakan juga longgar. Namun tiba-tiba saja ketika mereka menjadi tersangka kasus korupsi, cara berpakaian mereka mengesankan sangat agamis.

Promosi Ijazah Tak Laku, Sarjana Setengah Mati Mencari Kerja

Banyak orang memberi tanggapan atas fenomena ini. Mayoritas dari mereka menanggapi sinis cara berpakaian tersangka kasus korupsi tersebut. Bagi mereka tidak etis jika tiba-tiba saja seseorang yang selama ini berpenampilan terbuka, secara mendadak berubah 180 derajat. Seperti yang dilakukan Neneng Sri Wahyuni beberapa hari laku ketika dipanggil KPK, ia tampil dengan mengenakan cadar,  hanya terlihat ke dua bola matanya, sementara sebelum menjadi tersangka koruspi ia tidak pernah mengenakan cadar ataupun jilbab. Perubahan cara berpakaian tersebut tidak lain sebagai bentuk pencitraan diri, baik di mata hakim ataupun masyarakat Indonesia secara umum. Mereka ingin tampil sok agamis di mata hakim ataupun masyarakat untuk meraih simpati. Tetapi penulis yakin, hakim ataupun masyarakat bukan orang bodoh yang bisa dipermainkan dengan pencitraan yang dilakukan mereka.

Pencitraan ini tidak saja dilakukan oleh tersangka perempuan, dari kaum laki-laki juga demikian. Jika perempuan mengenakan jilbab ataupun cadar bagi tersangka kasus korupsi laki-laki mereka menggunakan baju koko dan peci. Tindakan seperti itu semata-mata bukan saja sebatas pencitraan di mata masyarakat, melainkan juga untuk menghindari jepretan kamera media. Walaupun pada akhirnya tujuan akhirnya juga untuk menjaga kehormatan dirinya, merea tidak ingin terlihat jelas melalui pakaian yang dikenakannya agar masyarakat secara umum tidak mengenali wajahnya. Hanya saja, upaya itupun tidak akan berhasil, sebab sebesar apapun upaya untuk menghindari penampakan wajah di media massa, saat ini teknologi sangat canggih, tinggal search di Google, foto tersangka secara jelas dapat dilihat.

Tameng Diri

            Menjamurnya tren berpakaian agamis yang dilakukan para tersangka koruptor, semakin memperjelas bahwa pemahaman keagamaan masyarakat Indonesia masih sangat parsial. Agama hanya dipahami dari kulitnya saja. Bagi para tersangka koruptor yang tiba-tiba sok agamis, meraka menganggap dengan perubahan cara berpakaian yang dilakukan, masyarakat akan menilai berbeda, tidak seperti para koruptor sebelumnya yang banyak dihujat atau dilecehkan. Tapi bagi masyarakat yang mempunyai pemahaman agama mendalam, upaya pencitraan sebaik apapun, tidak akan mempengaruh opini publik.

Karena hakikatnya agama bukan di kulit syariat yang diwajibkan, melainkan pada ranah subtantif dari setiap tindakan yang dilakukan. Islam mewajibkan perempuan dan laki-laki menutup aurat sebagai upaya menjaga kehormatan.  Tetapi lagi-lagi makna subtantif dari kewajiban menutup aurat adalah ranah praksis tingkah laku manusia, bagaimana umat Islam bisa menebar manfaat bagi semua umat manusia. Karena misi utama diutusnya Nabi Muhammad SAW adalah untuk menciptakan rahmat bagi seluruh alam. Dengan demikian, setiap syariat Islam pasti berarah untuk memberikan rahmat. Termasuk dalam hal menutup aurat. Mestinya umat Islam yang menutup aurat lebih memiliki kesadaran tinggi akan makna subtantif dari agama. Sehingga tindakan yang dilakukannya benar-benar menebar rahmat atau manfaat bagi umat manusia, bukan tujuan pencitraan.

Tulisan ini bukan bermaksud melarang kehendak para koruptor mengenakan jilbab, cadar, baju koko ataupun peci. Tetapi sekali lagi makna subtantif agama tidak terletak pada jilbab, cadar, baju koko, ataupun peci. Melainkan pada ranah praksis berupa budi pekerti luhur yang dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Mereka boleh saja mengenakan pakaian apapun dalam sidang pidana, termasuk menutup semua tubuhnya, asalkan berlandaskan kesadaran utuh dari hati yang ikhlas. Bukan sekadar mencari simpati di mata masyarakat. Sebab saya yakin semua umat Islam akan merasa tersinggung ketika jilbab, cadar, baju koko ataupun peci hanya dijadikan tameng untuk menutupi kebusukan dirinya.

Penulis hanya bisa berharap, menjamurnya tren pakaian busana muslim ataupun muslimah yang dikenakan para tersangka korupsi menjadi pertanda kesadaran untuk menjalani kehidupan yang lebih baik. Hanya saja, sayang penyesalan selalu datang di akhir, ketika para koruptor sudah menjadi gunjingan media atau mendekam dalam penjara, mereka baru sadar jika mengkorupsi uang negara merupakan perbuatan merugikan. Bayangkan hidupnya yang hanya sekali menjadi buah bibir masyarakat di seluruh Tanah Air, atau bahkan menjadi berita Internasional.

Karena itu, kita dapat belajar dari setiap kasus korupsi. Apapun jabatan dan posisi kita, peganglah amanah itu sebaik mungkin, karena sekali lagi penyesalan selalu datang di akhir. Andaikan penyesalan datang di awal, tidak mungkin ada kejahatan di dunia ini. Setiap peristiwa dalam hidup mengajarkan kita untuk hidup lebih bijaksana. Berbagai hukuman yang diberikan kepada koruptor mestinya menyadarkan elit pemerintah untuk menjalankan amanahnya sebaik mungkin. Tidak lagi suka mengkorupsi uang negara seperti yang dilakukan banyak tersangka kasus korupsi yang gencar dibertikan media. Penulis yakin seandainya memiliki kesadaran hidup secara utuh, tidak saja berpikir senang sesaat, mereka tidak akan melakukan tindakan korupsi. Karena mereka lupa akibat di akhir, apapun mereka lakukan hanya untuk memenuhi kebahagiaan sesaat. Lihat saja sudah sangat banyak tersangka kasus korupsi yang mengalami tekanan kejiwaan karena tidak siap menanggung akibat buruknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya