SOLOPOS.COM - Ilustrasi budaya asimilasi Sunda-Jawa di Kabupaten Brebes (Instagram/@ sanggar_seni_binendrang)

Solopos.com, BREBES — Kabupaten Brebes di Jawa Tengah secara administratif memiliki 17 kecamatan dan 297 kelurahan/desa dengan ibu kotanya Kota Brebes. Fakta uniknya, meskipun berada di Jawa Tengah di mana Bahasa Jawa adalah bahasa daerah yang dipakai oleh sebagian besar warganya, di Kabupaten Brebes justru banyak ditemukan penutur Bahasa Sunda. Hal ini membuat Brebes dijuluki sebagai Sundanya Jawa Tengah.

Dihimpun dari sebuah literasi dari Universitas Padjajaran dengan judul Inovasi Bahasa Sunda di Kecamatan Salem Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Senin (7/3/2022), masyarakat Kabupaten Brebes dibagi dalam dua kelompok berdasarkan penuturan bahasa. Penutur Bahasa Jawa berada di kawasan bagian utara dan selatan sedangkan penutur Bahasa Sunda berada di bagian tengah Kabupaten Brebes.

Promosi Video Uang Hilang Rp400 Juta, BRI: Uang Diambil Sendiri oleh Nasabah pada 2018

Bagian tengah dan selatan inilah yang secara geografis berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Barat, penutur Bahasa Sunda utama. Di kawasan itu juga terjadi persentuhan atau asimilasi Bahasa Sunda dan Jawa sehingga timbulah sebuah dialek baru bernama Bahasa Sunda Brebes.  Salah satu sumber tempat penilitan yang dijadikan metode peneltian adalah Kecamatan Salem. Bahasa Sunda di Kecamatan Salem merupakan salah satu variasi Bahasa Sunda yang masih hidup di antara penuturnya.

Baca juga: Patung Ganesha Tidur, Wisata Grobogan Mirip di Thailand

Munculnya Bahasa Sunda Brebes

Bahasa Sunda di kecamatan ini juga merupakan salah satu variasi geografis atau dialek geografis Bahasa Sunda yang juga dikenal dengan istilah Bahasa Sunda wewengkon. Sebagai variasi dialektal, Bahasa Sunda di Kecamatan Salem memiliki persamaan dan perbedaan denan Bahasa Sunda lainnya, termasuk Bahasa Sunda baku.

Berdasarkan sumber pemicu timbulnya perbedaan dokarekan adanya faktor inovasi. Faktor inovasi tersebut terdiri atas dua jenis, yakni inovasi internal dan inovasi eksternal. Inovasi internal adalah pembaharuan yang terjadi karena potensi isolek (istilah netral yang mencakup bahasa dan dialek) yang bersangkutan, sedangkan inovasi eksternal adalah pembaharuan yang terjadi karena pengaruh isolek lain atau sering disebut sebagai peminjaman atau penyerapan.

Baca juga: Asal Usul Candi Pengilon, Situs Keramat di Pemalang

Inovasi pertama secara relatif terjadi secara ‘alamiah’ sedangkan inovasi kedua secara relatif ‘tidak alamiah’ karena dipicu  kontak bahasa. Kontak bahasa dapat terjadi karena faktor geografis, yakni wilayah bahasa yang berdekatan atau bisa pula terjadi karena faktor sosial, seperti migrasi, perdagangan, atau penyebaran agama.

Bahasa Sunda di Kecamatan Salem, Kabupaten Brebes bersifats sebagai sistem ligual, sebagaimana sifat keuniversalan bahasa, tumbuh dinamis mengikuti kedinamisan kehidupan penuturnya. Sebagai variasi geografis dari faktor inovasi internal, bahasa Sunda di Kecamatan Salem memiliki kata-kata baru yang berbeda dengan Bahasa Sunda baku pada umumnya. Di antaranya sebagai contoh, kata Docor yang berarti mengalir memiliki versi berbeda di empat desa yang ada di Kecamatan Salem.

Baca juga; Brebes Dijuluki Sundanya Jawa Tengah, Kok Bisa?

Dalam versi empat desa tersebut yang terdiri dari Desa Wanoja, Pasir Panjang, Windusakti dan Pabuaran sebagian besar menggunakan istilah Mocor. Hanya satu desa saja, yaitu Desa Wanoja yang masih memiliki ejaan sama dengan versi bakunya. Kemudian kata Kumaha yang berarti bagaimana berbunyi berbeda di dua desa, yaitu di Desa Pasir Panjang berbunyi kuma’ sedangkan di Windusakti berbunyi kumahtuh. Sedangkan dua desa lainnya masih menggunakan kata yang sama.

Di samping terdapat inovasi internal, terdapat pula inovasi eksternal. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, inovasi eksternal ini terjadi akibat penyerapan leksikon bahasa Jawa Brebes oleh penutur Bahasa Sunda di Kecamatan Salem. Hal ini dapat dimaklumi mengingat terjadi adanya persentuhan atau asimilasi dari kedua bahasa tersebut dalam waktu yang cukup lama. Contoh di antaranya adalah kata surung yang berarti dorong, kemudian madang yang berarti makan, lalu ada kata nembang yang berarti bernyanyi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya