SOLOPOS.COM - Sorgum (sweetfuel-project.eu)

Harianjogja.com, JOGJA-Tanaman sorgum layak dikembangkan sebagai alternatif pangan lokal selain beras. Pengembangan tanaman ini diyakini mengurangi kebijakan impor beras yang kerapkali dilakukan pemerintah. Yang lebih penting, sorgum menunjang diversifikasi pangan dan mampu menjawab persoalan pangan menuju kedaulatan pangan di Indonesia.

Sorgum merupakan tanaman yang memiliki adaptasi luas dan tahan terhadap kekeringan. Untuk menanamnya, petani tidak membutuhkan lahan yang luas. Sebab, sorgum bisa tumbuh di lahan-lahan marginal seperti lahan kering, basa, masam dan tidak subur, baik musim penghujan maupun kemarau. “Perawatannya mudah dan dapat dipangkas untuk tumbuh lagi,” kata Supriyanto Dosen Institute Pertanian Bogor, di sela-sela Seminar Nasional Strategi dan Peran Pendidikan dalam Mewujudkan Kedaulatan Pangan Nasional di Universitas PGRI Yogyakarta (UPY), Kamis (28/11/2013).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Biji Sorgum dapat digunakan sebagai pengganti beras sehingga tanaman ini menjadi solusi kekurangan stok beras yang selama ini terjadi di Indonesia. Tidak hanya itu, sorgum juga bisa menjadi bahan dasar membuat kue dan roti. Bila dikembangkan lagi, sorgum juga dapat dijadian sereal makanan pagi. Dengan begitu, Sorgum menunjang diversifikasi pangan. Setiap satu hektare hanya membutuhkan pemupukan dua kali, pemupukan pertama sebanyak 270kg dan kedua 200kg.

Ekspedisi Mudik 2024

Untuk satu hektare, produksi biji Sorgum bisa mencapai 6 ton, beras sorgum 5,5 ton, tepung Sorgun 5 ton dan hijauan Sorgun 80 ton. Adapun produksi ethanol mencapai 3.000 liter dan wood pellet 75 ton per tahun. Sayangnya, hingga kini pengembangan sorgum belum sebaik padi atau jagung. Sebab, hanya beberapa daerah yang memanfaatkan tanaman itu. Seperti di wilayah NTT, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY. Untuk produksinya pun masih sedikit, kurang lebih 3-4,5 ton.

“Hanya daerah tertentu seperti Sulawesi Selatan yang produksinya bagus. Dari sisi kesehatan sorgum layak dikonsumsi untuk penderita diabetes karena kadar gulanya rendah, baik untuk penderita authis karena rendah glutine. Sorgum juga cocok menjadi makanan untuk penderita kanker karena mengandung komponen bioaktif,” terang Supriyanto.

Meski begitu, pengembangan sorgum juga masih terkendala masalah pengolahannya. Selama ini, pengolahan masih dilakukan sederhana yaitu dengan ditumbuk dan hanya menghasilkan tepung. Kendala lain yang dihadapi adalah masalah pemasaran. “Ada dua aspek yang perlu didukung soal ini, yakni peningkatan produktivitas dan mutu. Agar diminati, mutu sorgun harus baik dan rasanya enak. Kedua, bagaimana menggelorakan deversikasi pangan,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya