SOLOPOS.COM - Antrean pengisian BBM di SPBU Pokoh, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan/Kabupaten Wonogiri, beberapa waktu lalu. (Dok.Solopos)

Bahan bakar minyak, ada larangan penjualan premium diikuti dengan SPBU yang menutup pompa SPBU dan diganti pertalite.

Solopos.com, SOLO–Kebijakan larangan penjualan premium menggunakan jeriken, juga diikuti dengan SPBU di Kota Solo yang menyetop menjual premium dan mengganti dengan menjual Pertalite.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sales Executive Ritel PT Pertamina Marketing Operation Region (MOR) IV Jawa Bagian Tengah (JBT) Wilayah Soloraya, Muhammad Rasyid, mengatakan dari 144 stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Soloraya hanya kurang 3-5 SPBU yang belum menjual pertalite. Namun dia memastikan seluruh SPBU di Soloraya akan menjual pertalite di pekan ini.

Diakuinya, ada empat SPBU di Solo yang memilih untuk tidak menjual premium, diantaranya adalah SPBU Cengklik dan di dekat Stasiun Solo Balapan atau kurang dari 10 untuk Soloraya. Rasyid mengatakan hal tersebut merupakan hak dari masing-masing pengusaha.

“Pertamina tidak akan menghilangkan premium tapi kami hanya ingin memberi pilihan kepada masyarakat untuk memperoleh BBM yang lebih baik dan beragam,” kata di saat ditemui wartawan di Kantor Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) Soloraya, Senin (15/8/2016).

Rasyid menambahkan dengan kebijakan baru Pertamina itu, sumbangan penjualan premium terhadap total penjualan bahan bakar minyak (BBM) diprediksi akan turun hingga 50% seiring dengan adanya kebijakan larangan pembelian premium menggunakan jeriken dan adanya pembatasan nozzle premium.

Rasyid mengungkapkan penjualan total BBM di Soloraya sebanyak 13.900 KL/pekan. Premium biasanya menyumbang 70%-80% dari total penjualan BBM. Namun saat ini mulai turun menjadi 60% atau sebanyak 8.500 KL/pekan dan diprediksi akan terus turun menjadi 50%.

Sumbangan konsumsi pertalite diprediksi naik dari 10% menjadi 20%-25% setelah pelaksanaan program pembatasan penjualan premium. Dia mengatakan saat ini sumbangan pertalite sudah naik menjadi 19% atau 2.700 KL/pekan dan diprediksi akan terus meningkat.

“Penjualan premium tentu akan turun dan [penjualan] pertalite naik sedangkan penjualan pertamax cenderung sama. Hal ini karena masyarakat yang sebelumnya membeli premium biasanya beralih ke pertalite,” ungkap Rasyid.

Sementara itu, Pengawas SPBU Cengklik, Raditya, mengatakan mulai Senin ini tidak lagi menjual premium. Meski begitu, tidak ada protes dari masyarakat dan jumlah pembeli juga cenderung stabil karena masyarakat kemudian beralih membeli pertalite. Sejak beberapa hari yang lalu, pembeli eceran pun membeli sudah beralih membeli pertalite atau pertamax.

“Mulai hari ini [Senin] sudah tidak lagi menjual premium, semua nozzle premium diganti untuk melayani pertalite, total ada delapan nozzle untuk pertalite,” kata dia.

Rasyid menjelaskan untuk pengawasan kebijakan larangan penjualan premium ke pengecer akan dilakukan dengan melakukan inspeksi mendadak dan monitoring melalui realisasi penjualan. Ketua Hiswana Migas Soloraya, B. Sulistyo, mengatakan sudah berkoordinasi dengan dinas terkait untuk penerbitan surat rekomendasi.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Solo, Triyana, menyampaikan surat rekomendasi membeli premium hanya berlaku tiga bulan dan harus melakukan pembaharuan. Dia mengatakan seleksi antara pengecer dan pelaku industri dilakukan melalui perpanjangan surat rekomendasi.

“Pengajuan surat rekomendasi itu biasanya ada pengantar dari lurah setempat. Hal itu menjadi filter selain ada juga pengecekan usaha ke lapangan oleh petugas,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya