SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

STOK TEMBAKAU ASEPAN—Sejumlah pekerja menata tembakau siap jual yang telah melalui proses janturan dan pengovenan di sebuah gudang di Dukuh Soka, Desa Jenengan, Kecamatan Sawit, Boyolali, Kamis (22/9/2011). (JIBI/SOLOPOS/Ahmad Mufid Aryono)

Solopos.com–Musim kemarau seperti saat ini, ternyata tak hanya memunculkan permasalahan kekeringan. Namun juga memberikan keuntungan yang besar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Terutama, bagi para petani tembakau di sejumlah wilayah di Boyolali. Pasalnya, musim kemarau ini justru mendatangkan keuntungan yang berlipat bagi para petani.

Dengan cuaca terik ini, justru memberikan “emas” bagi petani tembakau, karena hasil yang didapat sangat optimal.

Harga jual melambung tinggi, di saat sebagian warga justru harus mencari sumber air untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Para petani tembakau di sejumlah sentra tembakau di Boyolali, saat ini memang sangat diuntungkan dengan hasil tembakau. Terlebih tembakau asepan yang banyak berada di daerah Boyolali selatan, seperti di Kecamatan Sawit, Banyudono, Teras, Mojosongo dan beberapa daerah lainnya.

Saat ini, harga jual tembakau basah di tingkat petani mencapai sekitar Rp 2.500-Rp 3.000/kg. Dengan harga itu, petani diuntungkan dengan cuaca yang terik.

Meski demikian, dengan harga jual yang sangat menarik itu, justru mendatangkan permasalahan bagi para pengusaha tembakau asepan tersebut.

Pasalnya, di saat panen raya tembakau itu, mereka harus berpikir untuk melakukan pengovenan tembakau tersebut. Hal itu terkait dengan melambungnya harga bahan bakar untuk mengoven tembakau asepan.

Salah seorang pengusaha tembakau asepan asal Dukuh Soka, Desa Jenengan, Sawit, Tri Purwanto, mengatakan saat ini harga brambut atau sekam melambung hampir dua kali lipat dari harga biasanya.

“Saat ini kami membeli satu truk sekam sekitar Rp 1,4 juta hingga Rp 1,8 juta dari harga biasanya yang hanya Rp 750.000/truk,” ujarnya saat ditemui Espos di kediamannya, Kamis (22/9/2011).

Melambungnya harga bahan bakar itu, jelasnya, diakibatkan tidak adanya sekam dari sentra penggilingan padi, akibat serangan hama wereng beberapa waktu lalu. Diakuinya, para pengusaha penggilingan padi juga kesulitan untuk mencari gabah, akibat serangan tersebut.

“Padahal setiap mengoven lima ton tembakau basah membutuhkan satu truk sekam dan kayu karet sebagai bahan bakar mengoven. Namun, dengan harga yang melambung beberapa pengusaha memilih alternatif lain untuk tembakau asepan,” papar dia.

Alternatif itu, jelasnya, para pengusaha mulai melirik tembakau janturan atau tembakau yang dikeringkan secara alami dengan cara digantung di tiang bambu selama lebih dari satu bulan dengan bantuan sinar matahari dan angin.

“Padahal dilihat hasilnya, memang lebih baik dengan cara dioven dibandingkan dengan cara janturan. Hal itu diketahui dari rendemen asepan sekitar 16 persen. Sedang, janturan hanya 13 persen,” tandasnya.

Meski lebih rendah, tambah Tri, tembakau janturan justru memberikan keuntungan yang lebih tinggi.

Belum buka harga

Dengan hasil panen tembakau yang optimal itu, Tri menjelaskan hingga saat ini pihaknya belum membuka harga jual tembakau asepan miliknya. Hal itu juga dilakukan sejumlah pengusaha tembakau lainnya di Boyolali.

“Para pengusaha lebih memilih menahan sambil melirik harga jual dari sejumlah pabrik dan perusahaan ekspor tembakau atas harga yang ada,” jelasnya.

Diperkirakan Tri, akhir bulan ini para pabrikan rokok diperkirakan akan membuka harga beli tembakau dari para pengusaha.  “Saat itulah pengusaha baru berani memasang harga jual dan hukum pasar baru berlaku,” tandas dia.

Senada, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Boyolali, Teguh Sambodo, mengatakan tahun 2011 ini merupakan tahun kebangkitan bagi para petani tembakau di Boyolali.

“Harga jual tembakau basah, baik rajangan maupun asepan memang terus meningkat. Ini merupakan kebangkitan bagi petani tembakau,” ujarnya kepada Espos di kediamannya, Kamis.

(Ahmad Mufid Aryono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya