SOLOPOS.COM - Ilustrasi hidup bahagia. (Dailymail.com)

Solopos.com, SOLO--Bahagia menjadi kunci menjaga kesehatan tubuh dan psikis selama pandemi Covid-19. Sebab, bahagia diyakini bisa meningkatkan imunitas tubuh yang penting dalam melawan infeksi virus SARS-CoV-2.

Bahagia itu berpusat di otak. Di organ inilah banyak “tombol-tombol” yang mengatur kondisi tubuh baik stres, bahagia, hingga sakit. Saat kita ingin bahagia, sebaiknya banyak-banyaklah menekan “tombol” bahagia di otak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Psikolog Klinis dan Hipnoterapis, Liza Marielly Djaprie, mengatakan “tombol” bahagia itu bisa diaktifkan untuk mengeluarkan hormon-hormon kebahagiaan. Sedikitnya ada empat hormon kebahagiaan yakni dopamin, endorfin, serotonin, dan oksitosin.

Hormon dopamin muncul ketika seseorang memiliki tujuan hidup. Dengan begitu, seseorang akan menjadi fokus pada hal tertentu yang menjadi motivasinya. Berikutnya, hormon endorfin yang penting untuk menurunkan kadar depresi dan rasa sakit dalam tubuh secara alami. Hormon ini aktif pada saat seseorang berolahraga.

Ekspedisi Mudik 2024

Lalu, hormon serotonin adalah hormon bahagia ketika seseorang merasa berguna bagi orang lain. Hormon yang sama juga aktif pada saat seseorang berbagi dan melakukan sesuatu untuk orang lain. Terakhir, hormon oksitosin atau hormon cinta didapatkan dari berpelukan dengan orang terdekat kita. Melakukan suatu hal penuh kasih sayang dengan orang lain.

“Kalau hormon-hormon ini keluar meningkatkan imunitas tubuh. Oleh karena itu, kadang-kadang ada faktor di luar diri yang tidak bisa kita kontrol misalnya Covid-19. [Perlu upaya] bagaimana cara kita mengeluarkan hormon itu sehingga imunitas kita naik,” kata Liza, dalam talkshow virtual yang digelar Satgas Penanggulangan Covid-19, Senin (9/11/2020).

Kisah Mbah Tumiyem Pemilik Warung Bothok Mercon Legend Di Sragen

Mengelola Rasa

Bahagia di tengah pandemi bisa menumbuhkan optimisme. Namun, Liza berpesan pentingnya membedakan antara optimisme dengan toxic positivity alias positif keterlaluan atau overdosis. Perbedaan keduanya terlihat pada bagaimana seseorang mengelola rasa, masalah dan isu yang dihadapinya.

Toxic positivity yakni merasa bahwa semuanya baik-baiknya padahal situasi yang terjadi justru sebaliknya misal sedih, takut, stres, dan lainnya. Keyakinan ini membuat seseorang tidak melakukan apa-apa untuk menangani masalah yang dihadapinya. Akibatnya, akan terjadi penumpukan masalah yang menggerogoti dari dalam. Dalam waktu yang lama, masalah ini bisa saja terus menghantui seseorang.

“Padahal ada rasa sedih, stres, takut yang sebetulnya itu wajar. Kita berada di kondisi yang tidak normal. Kalau saat pendampingan psikososial itu ada kutipan ‘reaksi tidak normal dalam kondisi tidak normal itu justru jadi normal. Kadang-kadang kita ketakutan banget, stres banget, itu hal yang wajar,” kata dia.

Untuk membangun optimisme itu, lanjut Liza, seseorang harus memulainya dengan mengakui setiap rasa yang ada baik takut, sedih, stres, dan lainnya. Kemudian, pengakuan itu dilanjutkan dengan merencanakan apa yang akan dilakukan.

Misal sedih belum bisa bertemu keluarga bisa dimulai dengan melakukan video call. Kekhawatiran terhadap isu pandemi Covid-19 direspons dengan mulai berolahraga setiap hari selama 30 menit.

“Ada hal-hal yang kita secara optimis melakukan aksi yang kemudian rasa positif itu muncul. Jadi itu yang sebetulnya harus dibina,” kata Liza.

Jangan Bingung, Ini 7 Cara Cegah Kabel Rusak Akibat Gigitan Tikus

Berperilaku Sehat

Korelasi kebahagiaan terhadap kesehatan juga disampaikan oleh Direktur Lee Kum Sheung Center for Health and Happiness di Harvard TH Chan School of Public Health, Laura Kubzansky. Ia mengatakan orang-orang yang memiliki psikologis lebih tinggi cenderung berperilaku sehat. Mereka melakukan lebih banyak aktivitas fisik, mengonsumsi makanan yang lebih sehat, dan cenderung tidak merokok.

"Orang yang lebih bahagia cenderung memiliki hubungan sosial yang lebih baik, dan itu terkait dengan kesehatan jantung yang lebih baik. Dan mereka lebih baik dalam mengatur emosi, sehingga mereka mampu mengelola stres sedikit lebih baik,” kata Laura, seperti diberitakan heart.org, 19 Maret 2020.

Ajakan menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas tubuh juga terus disampaikan oleh Ketua Satgas Penanganan Covid-19, Doni Monardo. Ajakan itu terangkum dalam tiga wajib iman, aman, dan imun. Iman berkaitan dengan mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa sesuai dengan agama masing-masing.

Aman dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan 3M yakni memakai masker, menjaga jarak dan menghindari kerumunan, serta mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir sesering mungkin.

Kita juga mengajak semua pihak untuk mampu meningkatkan imunitas tubuh dengan cara olahraga yang teratur, beristirahat yang cukup, memakan makanan bergizi, minum vitamin, dan tidak boleh panik serta hati yang selalu gembira,” kata Doni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya