SOLOPOS.COM - ilustrasi (News.yahoo.com/NOAA)

Solopos.com, WASHINGTON–Badai dengan nama perempuan (feminin) tampaknya merenggut lebih banyak kematian ketimbang badai dengan nama laki-laki (maskulin), demikian satu analisis atas lebih dari enam dasawarsa angka kematian akibat badai di Amerika Serikat.

Studi itu, yang disiarkan pada Senin (2/6/2014) di jurnal AS Proceedings of the National Academy of Sciences, mengatakan alasannya sangat sederhana, sebab topan dengan nama perempuan dipandang sebagai menyimpan lebih sedikit firasat dibandingkan dengan nama yang lebih laki-laki.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Akibatnya ialah orang di jalur badai sangat kuat itu melakukan lebih sedikit langkah pencegahan, sehingga mereka lebih rentan terhadap bahaya, kata studi tersebut –yang dipimpin oleh para peneliti dari University of Illionis.

“Masalahnya ialah nama badai tak memiliki kaitan dengan kekuatannya. (Nama itu) diberikan semaunya, berdasarkan daftar yang ditetapkan lebih dulu untuk mengganti nama lelaki dan perempuan,” kata penulis utama Kiju Jung, mahasiswa tingkat doktoral dalam bidang pemasaran di Illionis.

“Jika orang di jalur topan kuat menilai risiko berdasarkan namanya, maka ini berpotensi sangat berbahaya,” jelas Kiju Jung.

Jung dan rekannya meneliti korban jiwa sesungguhnya akibat semua badai yang mendarat di Amerika Serikat dari 1950 sampai 2012, demikian laporan Xinhua.

Namun studi itu tak memasukkan Badai Katrina (2005) dan Badai Audrey (1957) sebab keduanya jauh lebih mematikan dibandingkan dengan topan khas.

Mereka mendapati bagi badai yang menimbulkan kerusakan sangat besar, makin feminin nama badai, makin banyak orang yang tewas akibatnya. Analisis tersebut menyatakan perubahan nama badai kuat dari maskulin seperti “Charley” menjadi feminin “Eloise” dapat membuat jumlah korban jiwa nyaris tiga kali lipat.

“Dalam menilai kekuatan badai, orang tampaknya menggunakan kepercayaan mereka mengenai bagaimana lelaki dan perempuan berprilaku,” kata Sharon Shavitt, profesor bidang pemasaran di Illniois dan penulis bersama laporan itu.

“Ini membuat badai dengan nama perempuan, terutama nama yang sangat feminin seperti Belle atau Cindy, tampak lebih lembut dan tak terlalu kencang.”

Dalam serangkaian pengamatan lanjutan, Jung dan rekannya meneliti bagaimana gender nama secara langsung mempengaruhi penilaian orang mengenai topan. Mereka mendapati bahwa orang yang diminta untuk membayangkan berada di jalur “Badai Alexandra”, atau “Christina” atau “Victoria”, memberi peringkat topan tersebut sebagai tak terlalu beresiko dan kuat dibandingkan dengan mereka yang diminta untuk membayangkan mereka berada di jalur “Badai Alexander”, atau “Christopher” atau “Victor”.

“Ini adalah temuan yang sangat penting. Bukti positif bahwa kaitan latar belakang budaya kita mengemudikan langkah kita,” kata Hazel Rose Markus, profesor dalam ilmu prilaku di Stanford University. Ia tak terlibat dalam penelitian tersebut.

Badai menewaskan lebih dari 200 orang di Amerika Serikat setiap tahun, dan badai kuat mampu merenggut ribuan korban jiwa, kata para peneliti itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya