Azan dobel

Jon Koplo adalah mahasiswa asal Jepara yang kuliah di sebuah universitas swasta di Kota Solo. Karena termasuk anak dari keluarga pas-pasan, ia berusaha untuk ngirit biaya hidup selama di perantauan.

Pada suatu hari ia ditawari oleh teman kuliahnya, Tom Gembus, untuk menjadi marbot di salah satu masjid di daerah Kleco. Setelah dijelaskan lebih lanjut tentang pekerjaan seorang marbot masjid dan fasilitasnya, ia pun setuju. “Lumayan, entuk kos-kosan gratis, digaji sisan,” batin Koplo senang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hari-hari selanjutnya dilewati Koplo dengan sukses. Tak ada kendala yang membuat ia kapok. Menyapu, mengepel lantai, dan membereskan sesuatu yang ada di masjid ia lakoni dengan senang hati. Adzan Magrib, Isya dan Subuh pun ia kerjakan dengan penuh tanggung jawab. Tapi satu hal yang belum pernah ia kerjakan adalah azan Salat Jumat, karena waktunya mepet dengan jam kuliah.

Ndilalah suatu hari, dosen yang mengajar mata kuliah sebelum salat Jumat berhalangan hadir. Jam kosong itu ia manfaatkan untuk pulang agar bisa menata masjid dan mengumandangkan adzan Salat Jumat perdananya.
Ketika itu jamaah sudah banyak yang berdatangan dan khatib pun sudah duduk di saf terdepan. Mendengar masjid tetangga sudah azan, tanpa disuruh Koplo langsung ngadeg mak nyat, meraih mikrofon dan mengumandangkan adzan dengan semangatnya.

Khatib yang sedang beranjak menuju mimbar kaget dan langsung duduk kembali. Sebagian jamaah pun mulai kasak kusuk. Namun karena Koplo sudah terlanjur azan, tak seorang pun berani menghentikannya.

Ketika Koplo selesai azan, barulah khatib mendekati Koplo. “Mas, kok wis diadani piye ta? Kudune aku munggah mimbar sik, lagi adan,” jelas sang khatib. Koplo pun langsung mak prempeng menyadari kekeliruannya. Sambil ngampet isin karena dilihat banyak jamaah, Koplo terpaksa azan lagi setelah khatib mangucapkan salam. Ketahuan, kalau Salat Jumat pasti telat.

Zaenal Muttakin, Debegan RT 03/RW VI Mojosongo, Solo