SOLOPOS.COM - KK saat bertemu dengan Harian Jogja (JIBI/Harian Jogja/Joko Nugroho)

KK saat bertemu dengan Harian Jogja (JIBI/Harian Jogja/Joko Nugroho)

Banyak cara untuk berbakti pada orantua. KK warga Temanggung yang kini berdomisili di Jogja mengaku ingin menjual ginjal.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cara ini terpaksa dilakukannya untuk membantu ayahnya yang terjerat utang pada rentenir. Ayahnya yang dulunya merupakan pengusaha mebel, terbelit utang ratusan juta pada renternir.

Menurut KK, bapaknya tidak pernah mengaku kalau memiliki utang. “Mungkin awalnya bapak ingin kami tidak khawatir. Apalagi melihat kondisi usaha mebel dan tembakaunya sudah diambang kehancuran,” tandasnya saat bertemu dengan Harian Jogja, di Jalan Godean, Jumat (27/4).

Ekspedisi Mudik 2024

KK mengaku bapaknya pada kurun 2009 sampai 2011 tidak pulang ke rumah. Dia pergi tanpa memberikan kabar pada keluarganya. Dugaan KK ayahnya menghilang karena dikejar-kejar penagih utang.

“Jadi kami itu baru saja kumpul lagi, tapi masih menyimpan banyak masalah. Seminggu sekali selalu ada orang yang datang dan membentak-bentak agar melunasi utang. Saya itu takut kalau kondisi ini berpengaruh pada psikologis ibu dan adikku,” kata KK.

Berdasarkan kondisi itu, KK memberanikan diri untuk menjual ginjalnya. Tentunya dia hanya akan menjual ginjalnya pada orang yang sangat membutuhkan. Dan sudah dua minggu ini, KK memposting jika dia ingin menjual ginjalnya melaui Facebook.

“Aku bela-belain membeli ponsel dan nomor baru biar bisa melayani seumpama ada yang meminta ginjal. Sudah ada beberapa nomor yang masuk namun belum pernah ada yang saya angkat karena tidak mendengar,” kata KK.

Selain itu KK juga mencari-cari informasi soal harga yang pantas untuk sebuah ginjal. Beberapa gambaran telah dikantonginya. Menurutnya ada yang menjual sangat murah namun ada pula yang cukup tinggi.

“Makanya saya belum pasti soal harga ginjal. Nanti tergantung negosiasi dengan calon pembeli saja. Yang jelas kalau melihat harganya sampai ratusan juta dan bisa untuk melunasi utangnya bapak,” tutur KK.

KK mengaku masih saja diselubungi rasa takut sewaktu nomor teleponnya mendapatkan panggilan. Bahkan dia tidak berani membalas menelepon.

“Baru kemarin saya balas telepon ternyata jenengan. Makanya saya tadi langsung tanya, mau beli ginjal. Jujur saya sekarang masih takut,” kata KK.

Untuk saat ini, KK masih menyibukkan diri dengan berjualan baju. Dia mengatakan keuntungan yang dihasilkan dari menjual baju sudah cukup lumayan. Namun perputarannya tidak bisa cepat dan tidak bisa segera melunasi utang bapaknya yang ratusan juta.

“Sebelumnya saya itu sempat sekolah di SMA Muhammadiyah 2 Jogja dan lulus. Makanya saya kenal Jogja dengan baik. Setelah lulus dari Muha saya itu juga diterima di kedokteran UMY tanpa tes, tapi saya tidak berani memberitahukan pada orangtua. Saya hanya bilang mau jualan baju dulu saja,” kata KK.

KK mengaku ibunya saat ini hanya bekerja sebagai petani kopi di Temanggung. Hasil dari kebun kopi yang setahun sekali ini hanya bisa untuk hidup sehari-hari dan membayar uang sekolah adiknya.

“Aku menjual juga karena melihat adikku yang setiap malam selalu menangis. Dia itu sering melamun, bahkan tertidur di pojokan lemari di kamar bapak. Dia mungkin shock dengan keadaan yang ada di rumahku saat ini. Aku tidak mau ibu dan adikku itu terus-terusan hidup seperti ini,” kata KK.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya