SOLOPOS.COM - Ilustrasi warga berbelanja kebutuhan pokok secara nontunai menggunakan Kartu Keluarga Sejahtara (KKS) di e-warong Kelompok Usaha Bersama Program Keluarga Harapan (KUBE-PKH). (Rachman/JIBI/Bisnis)

Solopos.com, SRAGEN — Dinas Sosial (Dinsos) Sragen mencatat ada sebanyak 215 unit elektronik warung gotong-royong atau e-warong sembako yang melayani bantuan pangan nontunai (BPNT) di Bumi Sukowati.

Setiap pengelola e-warong diminta bersungguh-sungguh membuka usaha warung. Bila ditemukan e-warong yang tidak sungguh-sungguh atau serius akan diputus hubungan kerja sama atau kontraknya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Penjelasan itu disampaikan Koordinator Daerah (Korda) Program BPNT atau Program Sembako Kabupaten Sragen, Aditya Nanda, saat ditemui Solopos.com di Dinsos Sragen, Senin (23/8/2021). Aditya menjelaskan hal tersebut didampingi Kabid Penanganan Fakir Miskin Dinsos Sragen Nunuk Sri Rejeki.

Baca Juga: Tak Disangka! Sragen Punya 2 Lokasi Semburan Gas Rawa, Ini Lokasinya

Aditya mengaku sudah mengecek e-warong di Sragen untuk memastikan mereka benar-benar ada dan masih aktif bertransaksi jual beli. Ia mengaku pernah survei sampel e-warong secara acak.

Menurutnya, selama survei itu ia kadang bertemu keluarga penerima manfaat (KPM) yang tengah mengambil barang. “KPM itu datang kemudian menggesek KKS [kartu keluarga sejahtera]. Mereka membeli barang sesuai kebutuhan dan disesuaikan dengan nominal BPNT, yakni Rp200.000 per KPM per bulan,” ujar Aditya.

Aditya menerangkan data KPM penerima BPNT untuk pencairan Juli-16 Agustus 2021 ada 55.240. Setelah 16 Agustus 2021 sampai September muncul tambahan 2.896 KPM sehingga total ada 58. 136 KPM penerima BPNT.

Baca Juga: Bikin Terenyuh, Pria Ini Meninggal di Pangkuan Istri di Indekos Sragen

Jumlah E-Warong Belum Ideal

“Ribuan KPM tambahan itu menerima program BPNT dengan cara dirapel antara Juli-September 2021. Mereka ini sebenarnya peserta lama tetapi dulu sempat belum menerima karena nomor induk kependudukan mereka belum dipadupadankan,” kelasnya.

Aditya menerangkan mereka mencairkan BPNT itu ke e-warong Sragen. Setiap e-warong pasti ada verifikasinya sebelum operasional. “Sekarang e-warong itu semua berupa warung. Bila warung itu tidak sungguh-sungguh dalam pelayanan maka bisa diputus sewaktu-waktu. Sampai sekarang belum ada pemutusan kerja sama e-warong,” ujarnya.

Kabid Penanganan Fakir Miskin Dinsos Sragen Nunuk Sri Rejeki menyampaikan jumlah e-warong yang baru 215 unit itu belum ideal karena rata-rata hanya ada satu e-warong per desa/kelurahan. Idealnya setiap desa atau kelurahan ada dua e-warong.

Baca Juga: 21.113 Warga Miskin Tak Masuk DTKS Sragen Disasar Bantuan Sembako

“E-warong ini ranahnya bank Himbara. Semua e-warong harus ada transaksi jual beli harian. Untuk penyaluran BPNT juga harus habis Rp200.000 sehingga sisanya nol rupiah,” jelasnya.

Nunuk menerangkan dalam menjual barang pun tidak asal karena Dinsos selalu mengirimkan harga eceran tertinggi (HET) untuk kebutuhan pokok masyarakat. HET itu didapatkan dari hasil survei harian oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sragen.

“Dengan HET sembako itu diharapkan KPM bisa memberi dengan nominal habis Rp200.000 per bulan di e-warong. Kami mengirimkan HET itu setiap bulan karena ada fluktuasi harga setiap bulan. Pengambilan barang oleh KPM itu harus memenuhi unsur karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral,” kata Nunuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya