SOLOPOS.COM - Ilustrasi stres (Freepik)

Solopos.com, SOLO-Stres dipercaya sangat berpengaruh terhadap daya tahan tubuh, termasuk ketika terinfeksi Covid-19 bisa picu makin parah. Padahal sepanjang tahun 2021 stres tampaknya benar-benar tak terhindarkan termasuk salah satunya akibat wabah Covid-19.

Belum lagi stres akibat munculnya varian baru Covid-19 yang belum menunjukkan tanda-tanda akan hilang. Tidak mengherankan, survei di Amerika Serikat (AS) baru-baru ini melaporkan, bahwa 55 persen populasi umumnya merasakan peningkatan stres selama pandemi. Sedangkan, di kalangan mahasiswa terjadi peningkatan depresi dan kecemasan terkait pandemi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada sisi lain, banyak yang mengakui terjadinya penurunan kesehatan mental sejak awal 2020. Hal yang sebagian besar tidak diungkapkan adalah bagaimana perasaan stres tersebut dikaitkan dengan kemungkinan Anda mengalami sakit. Bagaimana stres membuat Anda sakit? Mungkin pernah mendengar sebelumnya bahwa stres itu buruk bagi Anda, tetapi mungkin Anda tidak mengerti persis bagaimana stres itu mempengaruhi kesehatan.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca Juga: Begini Kondisi Suga BTS Setelah Dinyatakan Positif Covid-19

Para peneliti telah mempelajari mekanisme bagaimana hal itu bekerja selama beberapa dekade. Kumpulan bukti menunjukkan, bahwa stres dapat menyebabkan perubahan yang merusak pada sistem kekebalan tubuh, baik pada manusia maupun hewan.

Psikolog Sheldon Cohen dan rekan-rekannya telah melakukan penelitian pada sejumlah orang seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Sabtu (25/12/2021), dan dikutip Bisnis.com pada Selasa (28/12/2021). Cohen meneliti beberapa orang sehat yang kemudian diberi tetesan virus ke hidung mereka. Peserta kemudian dikarantina di hotel dan dipantau secara ketat untuk menentukan siapa yang sakit dan siapa yang tidak. Salah satu faktor terpenting yang memprediksi siapa yang sakit, dan siapa yang tetap sehat adalah stres kejiwaan yang berkepanjangan.

Individu dengan stresor (fakfor penyebab stres) yang bertahan selama enam bulan hingga dua tahun atau hampir sepanjang masa pandemi sejauh ini, menunjukkan hampir tiga kali lebih mungkin menjadi sakit akibat infeksi dibandingkan mereka yang tidak stres. Fenomena ini secara khusus didorong oleh stresor yang umum saat ini, termasuk pengangguran dan persoalan rumit dalam waktu panjang dengan keluarga atau teman.

Baca Juga: Populer Sejak Lahir, 5 Anak Artis Ini Jadi Pusat Perhatian pada 2021

Tapi, jangan terlalu berkecil hati. Satu fakta penting yang sering terlewatkan dalam penelitian adalah bahwa, sekalipun virus dimasukkan ke dalam hidung, Anda belum tentu sakit. Faktanya, sebanyak sepertiga dari peserta tahan terhadap virus yang diketahui membuat kita sakit parah termasuk virus flu, bahkan Virus Corona. Lantas, siapa sajakah orang-orang yang cenderung tidak sakit ini?

Dalam artikel baru-baru ini, Cohen menjelaskan bahwa, meskipun Virus Corona belum dipelajari sebanyak gangguan kesehatan pilek dan flu, ada alasan untuk percaya bahwa beberapa faktor pelindung yang sama akan relevan untuk tingkat keparahan infeksi Virus Corona atau resistensi terhadapnya. Faktor pelindung terbesar adalah termasuk merasa memiliki hubungan sosial dan dapat dukungan dari orang dekat, selain mendapatkan setidaknya tujuh jam tidur setiap malam. Penelitian selama bertahun-tahun juga menunjukkan berulang kali bahwa faktor-faktor seperti stres yang lebih rendah dan tingkat emosi positif yang lebih tinggi juga merupakan kunci untuk terlindung dari penyakit.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya