SOLOPOS.COM - Petugas Program Pemberantasan Penyakit (P2P) Puskesmas Wedi menyemprotkan asap atau fogging di rumah-rumah warga Desa Pasung, Jumat (12/10/2012). (Foto: JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

Petugas Program Pemberantasan Penyakit (P2P) Puskesmas Wedi menyemprotkan asap atau fogging di rumah-rumah warga Desa Pasung, Jumat (12/10/2012). (Foto: JIBI/SOLOPOS/Moh Khodiq Duhri)

KLATEN—Selain demam berdarah dengue (DBD), memasuki musim penghujan warga diminta mewaspadai penyakit chikungunya. Belakangan, serangan chikungunya terjadi di Klaten.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sekitar 40 warga Desa Pasung dan Desa Tanjungan, Kecamatan Wedi, Klaten terserang penyakit Chikungunya dalam tiga pekan terakhir. Warga merasakan nyeri di persendian akibat Alphavirus setelah digigit nyamuk Aedes Aegypti.

Petugas Program Pemberantasan Penyakit (P2P) Puskesmas Wedi, Wasono, saat ditemui wartawan, Jumat (12/10/2012), mengatakan jumlah warga Desa Pasung yang terserang Chikungunya mencapai sekitar 25 orang. Mereka terserang penyakit itu pada awal Oktober lalu. Sebagian warga sempat menjalani rawat jalan di puskesmas pembantu di desa setempat.

Namun, saat ini semua warga sudah sembuh dari penyakit yang bisa mengakibatkan kelumpuhan sesaat tersebut. “Serangan Chikungunya masih bisa dikendalikan. Semua penderita kami pantau kesehatannya hingga sembuh,” ujar Wasono saat ditemui wartawan di sela-sela menggelar fogging di Desa Pasung, Jumat.

Wasono menjelaskan, Chikungunya menyerang dua dusun di Desa Pasung yakni Dusun Gombang dan Ngekrun. Untuk mengantisipasi penyebaran penyakit ini, pihaknya menggelar fogging di dua dusun itu. Dia mengakui, fogging memang pilihan terakhir dalam upaya pemberantasan nyamuk jenis Aedes Aegypti.

Wasono menekankan pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) bagi masyarakat setempat. Menurutnya cara ampuh untuk menanggulangi penyakit ini adalah dengan menjalankan program 3M yakni menguras bak mandi, menutup tempat penampungan air, dan mengubur kaleng-kaleng bekas.

Fogging itu adalah alternatif terakhir karena asap itu tak baik untuk kesehatan warga,” tutur Wasono.

Sementara itu, Kepala Puskesmas Wedi, Bambang Pujiharjo, mengatakan penyakit Chikungunya sebelumnya juga menyerang sekitar 15 warga Desa Tanjungan yang berbatasan langsung dengan Desa Pasung. Dia menduga setelah Desa Tanjungan di-fogging, nyamuk bermigrasi ke Desa Pasung.

Menurutnya serangan Chikungunya baru kali pertama terjadi di Desa Tanjungan dan Pasung. Bambang mengaku akan mengintensifkan penyuluhan PHBS untuk menanggulangi penyakit Chikungunya maupun demam berdarah dengue kepada warga. Tidak hanya di dua desa tersebut, penyuluhan PHBS juga akan digelar di semua desa di Kecamatan Wedi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya