SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Rachman)

Solopos.com, SEMARANG — Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mewanti-wanti petani di 35 kabupaten/kota terhadap ancaman La Nina saat memasuki masa panen raya padi di awal tahun 2023 ini.

Sebab, fenomena curah hujan tinggi tersebut bisa mengakibatkan produksi pertanian menjadi terganggu, baik menurunkan produktivitas hingga berpotensi gagal panen.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Kepala Distanbun Jateng, Supriyanto, memperkirakan dampak La Nina bisa mengganggu masa panen raya bagi petani di Jateng. Pasalnya, ada perkiraan perubahan iklim yang bakal mengganggu produksi para petani.

“Hasil analisis kami dengan bidang terkait, ini [La Nina] membahayakan. Efeknya terhadap produksi pangan atau gagal panen,” kata Supriyanto kepada Solopos.com, Selasa (31/1/2023).

Sebagai upaya antisipasi, Distanbun Jateng saat ini mengaku tengah menggencarkan asuransi usaha tanaman padi (AUTP). Para petani diberi perlindungan dari ancaman risiko gagal panen. Hal itu seperti akibat dari risiko banjir, kekeringan, serangan penyakit, dan organisme pengganggu tanaman (OPT).

“AUTP penting bagi petani agar bisa menekan kerugian petani. Termasuk dari ancaman atau dampak La Nina ini,” katanya.

Kendati dibayang-bayangi fenomena La Nina, lanjut Supriyanto, fenomena tersebut akan berakhir pada Maret 2023. Namun, berpotensi terjadi cuaca yang lebih kering dibanding kondisi normal setelah bulan Maret 2023.

“Prediksi BMKG, La Nina akan berakhir di bulan Maret. Kemungkinan akan terjadi cuaca yang lebih kering nantinya. Jadi, pertani harus lebih waspada terhadap ketersediaan air setelah bulan Maret,” terangnya.

Para petani diminta memastikan ketersediaan air cukup untuk satu musim. Apabila dirasa tak cukup, ia menyarankan petani tak memaksakan diri menanam padi.

“Petani sebenarnya lebih pintar atau titen. Tapi ya intinya terhadap perubahan iklim ini, kalau ketersediaan air tak cukup, jangan paksakan tanam padi. Tanam lain yang bisa tahan dua bulan lebih, misal jagung. Harus cerdas antisipasi, jangan asal tanam padi saat kekeringan. Nanti malah teriak kurang air, tapi mereka enggak berhitung,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, Distanbun Jateng mencatat ada sekitar 1.000 hektare lahan pertanian di wilayahnya yang beralih fungsi lahan. Pihaknya pun terus berupaya meningkatkan produktivitas per hektare lahan pertanian di wilayahnya guna menjaga kestabilan pangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya