SOLOPOS.COM - Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Hari Purwanto. (detik.com)

Solopos.com, JAKARTA -- Perekrutan anggota jaringan terorisme kini gencar dilakukan melalui media sosial (medsos). Perekrutan jaringan teroris itu tak begitu tampak. Aparat penegak hukum perlu upaya lebih untuk mengidentifiasi bahwa ini perekrutan anggota teroris.

Hal itu disampaikan oleh Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN), Wawan Hari Purwanto.

Promosi Selamat! 3 Agen BRILink Berprestasi Ini Dapat Hadiah Mobil dari BRI

"Jadi semua mengindikasikan bahwa memang mereka di samping terus bergerak, juga melakukan perekrutan anggota baru. Perekrutan ini juga belum tampak di awal, sehingga saya melakukan patroli siber. Bagaimana apa yang terjadi di dunia maya dan kita lakukan counter, maupun melakukan upaya memblok juga mempidanakan. Kalau memang susah ya dikasih tahu. Akhirnya dari mereka itu kita buru," tutur Wawan, Selasa (30/3/2021).

Baca Juga: Said Aqil Tuding Ajaran Wahabi dan Salafi Pintu Masuk Terorisme

Ekspedisi Mudik 2024

Wawan memaparkan jaringan terorisme itu tidak berkelompok dalam satu titik. Melainkan menyebar di berbagai wilayah. Jaringan teroris ini, sebut Wawan, juga melakukan berbagai cara untuk mengelabui patroli siber.

"Dan memang kita sadari bahwa kalau mereka mencerai-beraikan diri mereka. Berlarinya itu berpencar, tidak pada satu titik. Kecuali kalau mereka menggerombol di suatu titik, itu mudah kita tangkap bareng-bareng. Bahkan kita tahu bahwa kita akan lakukan penangkapan dia berpencar larinya dengan menggunakan berbagai pola yang diubah," papar Wawan.

"Nama dan pola komunikasinya semua berubah, dan di sana mereka melakukan perekrutan dan melakukan perencanaan-perencanaan pergerakan. Itulah sebabnya maka perburuan terhadap perlakuan teror satu per satu itu dipetik, tidak rombongan gitu. karena mereka berada di dalam posisi melakukan penceraiberaian, pengingkaran, penghapusan jejak serta bentuk upaya pengelabuan-pengelabuan petugas."

Baca juga: Tak Setuju Said Aqil, PKS: Terorisme Pemicunya Ketidakadilan, Bukan Wahabi

ISIS

Wawan kemudian mengungkap aksi yang dilakukan jaringan terorisme sejak ISIS di Suriah jatuh. Pimpinan ISIS, kata Wawan, meminta untuk melakukan penyerangan di negeri masing-masing.

"Mereka memang di Suriah jatuh. Pimpinan ISIS mengatakan bahwa mereka memerintahkan untuk menyerang di negeri masing-masing, dengan cara masing-masing. Dengan persenjataan ataupun apa yang mereka miliki. Itulah sebabnya mereka masing-masing bergerak sesuai dengan kondisi medan-medan yang ada dan ini kalau mereka punya grand skenario untuk menyerang iya. Mereka memang ada rencana seperti itu. Kita juga sadari mereka secara terus menerus mencoba juga menggali dana dalam berbagai lini untuk memasok logistik dalam pelariannya, dan juga penyiapan-penyiapan apa yang diperlukan. Kalau nanti sudah tiba saatnya, melakukan pengantin tadi," kata dia.

Wawan mengatakan pola yang dilakukan oleh jaringan terorisme ini mulai terkuak satu per satu di media sosial. Jaringan ini, sebut Wawan, akan membuat akun baru ketika akun sebelumnya telah ditutup oleh polisi siber.

Baca Juga: Kudeta Demokrat, Moeldoko Berkoar Tak Mengemis Pangkat & Jabatan

"Temuan bahan peledak yang mulai mereka kumpulkan, kemudian teknik pembuatan bomnya yang dia pelajari juga lewat online. Bisa bertanya di situ kalau ada kesulitan, ada yang men-drive [mengarahkan]. Ini sekarang kan memang pola yang mereka sampaikan, sistem ajarannya lewat online itu. Kita sebetulnya sudah sejumlah akun-akun ini kita drop, kemudian kita juga counter maupun kita kejar secara hukum. Memang ketika sejumlah akun ditutup, muncul akun yang berbeda. Saya kira memang kejar-kejaran terus. Akun itu jumlahnya sudah banyak sekali," tutur Wawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya