SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

Stres itu bisa macam-macam penyebabnya, tergantung pada kondisi fisik dan mental penderitanya sendiri. Tapi dari sekian banyak penyebab stres, siapa sangka jika salah satunya adalah tayangan berita di TV?

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Belakangan semakin banyak saluran (channel) TV yang menayangkan berita berisikan gambar-gambar daerah konflik di penjuru dunia selama 24 jam, bahkan pemirsa disuguhi berbagai drama di balik berita itu dengan update yang luar biasa cepat dan disiarkan langsung dari lokasi konflik.

Padahal sejumlah ilmuwan menyatakan bahwa paparan gambar-gambar kekerasan secara berulang-ulang dari tayangan berita tentang serangan teroris dan kondisi daerah konflik di TV itu dapat mengakibatkan peningkatan gangguan fisik dan mental atau ‘trauma kolektif’ bagi sebagian besar pemirsanya.

“Tapi kami takkan mendorong pelarangan atau sensor terhadap gambar-gambar peperangan atau konflik demi kondisi psikologis pemirsa. Lebih dari itu kami lebih ingin orang-orang sadar bahwa tak ada manfaatnya jika mereka sering menonton tayangan semacam itu secara berulang-ulang,” ujar Roxane Cohen Silver yang memimpin studi ini.

Kesimpulan ini didapatkan setelah peneliti mengamati kondisi kesehatan lebih dari 1.000 partisipan beberapa minggu sebelum dan sesudah serangan teroris 11 September 2011 (9/11) dan Perang Irak pada tahun 2003.

Dari situ diketahui bahwa responden yang menonton berita tentang 9/11 dan Perang Irak lebih dari 4 jam cenderung mengalami gejala-gejala post-traumatic stress disorder (PTSD) akut dari waktu ke waktu. Mereka juga lebih sering didiagnosis mengalami gangguan kesehatan fisik dalam kurun dua hingga tiga tahun kemudian.

Peneliti juga menemukan bahwa gejala PTSD yang muncul pada pemirsa paling banyak disebabkan oleh dua gambar khusus yang ditayangkan televisi yaitu gambar para tentara yang terlibat dalam Perang Irak serta gambar tentara AS dan sekutunya yang mati di medan pertempuran itu.

“Studi ini menjelaskan bagaimana paparan gambar-gambar kekerasan di TV itu bisa memberikan dampak trauma kolektif secara luas pada pemirsa TV,” terang Silver seperti dilansir dari dailymail, Kamis (6/9/2012).

“Bahkan relevansinya semakin kuat ketika gambar-gambar itu menjangkau pemirsa yang jaringannya lebih luas melalui situs Youtube, jejaring sosial hingga ke ponsel pintarnya,” lanjutnya.

Studi ini akan dipublikasikan dalam jurnal Psychological Science.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya