SOLOPOS.COM - Ilustrasi pencemaran Kali Jenes akibat limbah industri tekstil Rabu (28/1/2015). (Reza Fitriyanto/JIBI/Solopos)

Kualitas air sumur dan sungai di Solo tercemar bakteri dikarenakan berbagai hal.

Solopos.com, SOLO — Kualitas air sumur dan sungai di Kota Bengawan saat ini mayoritas sudah tercemar bakteri E-coli. Berbagai hal menjadi faktor penyebabnya, mulai dari permukiman padat hingga pembuangan air limbah rumah tangga (domestik) dan industri secara langsung ke sungai.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Merujuk data Badan Perencanaan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappeda) Kota Solo, hampir semua sungai di Kota Bengawan tercemar. Kepala Bidang (Kabid) Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Bappeda Solo, Suratna, mengatakan tingginya tingkat pencemaran air tanah dan sungai diakibatkan pengolahan limbah cair yang belum baik.

“Kondisi saat ini air sumur banyak yang tercemar bakteri e-coli sehingga tidak sehat lagi. Ini dikarenakan permukiman padat sehingga jarak antara sumur dan septic tank terlalu dekat,” kata dia saat membuka sosialisasi Layanan Lumpur Tinja Terjadwal (L2T2) di Bale Tawangpraja Kompleks Balai Kota, Rabu (21/3/2018).

Belum lagi persoalan banyaknya septic tank individual yang tidak memenuhi standar teknis. Kondisi ini berdampak pada kualitas air sumur dalam milik warga.

Selain itu pula masih dijumpai di beberapa tempat adanya pembuangan air limbah rumah tangga secara langsung ke aliran sungai tanpa diolah terlebih dahulu. Hal ini pun berdampak pada pencemaran air sungai.

Baca juga:

Menurutnya masalah ini menjadi kompleks dan belum bisa tertangani 100 persen. Berbagai upaya terus dilakukan Pemkot, terutama pengelolaan air limbah domestik untuk mendukung visi penataan kota sebagai eco cultural city.

Di antara upaya itu yakni meningkatkan cakupan layanan air limbah skala kota untuk kategori rumah tangga, meningkatkan pelanggan sambungan air limbah Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), hingga optimalisasi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), serta gerakan setop buang air besar sembarangan (BABS).

Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Ida Anglaita, mengatakan BABS menjadi salah satu faktor penyebab pencemaran air tanah. Limbah rumah tangga yang tidak dikelola dengan baik ini selain berdampak pada pencemaran air juga menjadi tempat berkembangnya vektor penyakit.

DKK mencatat hingga kini masih terdapat 10.992 keluarga atau 8,36% penduduk Solo masih punya kebiasaan BABS. “Sekarang memang Solo belum mampu 100% bebas BABS, karena masih ada 8,36% yang BABS,” katanya.

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan kebiasaan BABS itu, yakni belum memiliki jamban, minimnya sanitasi komunal dan toilet yang langsung dibuang ke sungai tanpa ditampung di septic tank. Biasanya mereka tinggal di bantaran sungai.

Kondisi ini tentunya berpotensi menimbulkan beragam penyakit. Percepatan bebas dari BABS terus dilakukan Pemkot di antaranya sosialisasi dan pemahaman ke warga. Beberapa kelurahan kini telah mendeklarasikan diri bebas BABS, di antaranya Kauman, Kepatihan Kulon, Kratonan, dan Kampung Baru. Sedangkan lainnya tengah digenjot Pemkot.

“Sebenarnya sesuai program Pemerintah Provinsi Jateng, Solo harus bebas BABS pada 2017,” katanya.

Guna mewujudkan Solo bebas BABS perlu sinergitas dengan semua pihak dan tidak hanya mengandalkan Pemkot. Koordinasi dengan pihak terkait, seperti Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Dinas Perumahan dan Permukiman, Bappeda termasuk PDAM juga terus dilakukan.

Selain itu bekerja sama pula dengan perusahaan lewat corporate social resposibility (CSR) untuk penyedian sanitasi komunal. “Butuh penanganan semua pihak guna mewujudkan Solo bebas BABS. Tidak hanya Pemkot tapi juga perusahaan-perusahaan yang peduli mengenai ini,” katanya.

Direktur PDAM Solo Maryanto mengaku buruknya kualitas air sungai di Kota Bengawan tak bisa dimanfaatkan sebagai sumber air bersih bagi warga Solo. PDAM masih mengandalkan air Sungai Bengawan Solo sebagai sumber air bakunya.

“Kami sudah pernah mencoba memanfaatkan air sungai di Kota Solo untuk air bakunya, tapi tingkat pencemarannya masih tinggi sehingga tidak bisa dimanfaatkan,” katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya