SOLOPOS.COM - Ilustrasi (yepenfield.com)

Ilustrasi (yepenfield.com)

Anak-anak yang menjadi korban bullying serta mereka yang jadi pelakunya akan mengalami risiko tertinggi untuk menjadi korban dampak psikologis berupa depresi, kegelisahan dan gangguan rasa panik dalam waktu bertahun-tahun sejak masa bullying mereka berlalu.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

Sebuah penelitian di AS yang dipublikasikan di JAMA Psychiatry mengungkapkan bahwa depresi dan kegelisahan yang terjadi sebagai dampak bullying di sekolah ternyata terus dialami oleh korban dan pelakunya setidaknya hingga mereka berusia pertengahan 20-an. Para peneliti selama ini sudah tahu seperti apa dampak bullying, namun belum tahu sampai seberapa lama dampak itu bertahan.

Ekspedisi Mudik 2024

“Sudah sangat dipahami selama ini seperti apa dampak byullying dalam jangka pendek,” kata William Copeland, psikolog klinis yang memimpin penelitian itu di Duke University Medical Center, Durham, North Carolina, AS. “Saya kaget juga karena setelah satu dekade sejak mereka menjadi korban, saat mereka mengalami masa transisi menuju kedewasaan, kami masih melihat adanya jejak emosional pada korban dan pelaku bullying,” paparnya.

Penelitian yang dilakukan melibatkan 1.420 pemuda dari wilayah utara Negara Bagian North Carolina. Mereka ditanyai soal pengalaman terkait bullying antara usia sembilan hingga 16 tahun. Mereka kemudian diselidiki kemungkinan gangguan psikologis yang dialami hingga usia 26 tahun.

Setelah membandingkan penelitian dengan sejarah keluarga para responden, khususnya terkait apakah mereka mengalami masalah di dalam keluarga, tim peneliti melihat bahwa jika dibandingkan dengan para pemuda di awal masa dewasa yang tidak punya sejarah menjadi korban atau pelaku bullying, para mantan korban memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami aneka kondisi psikologis.

Sebagai contoh, hanya 6 persen pemuda yang tak pernah menjadi korban bullying yang mengalami masalah psikologis. Di sisi lain, persentase bekas korban bullying yang mengalami masalah psikologis setelah masa dewasa mencapai 24 persen dan mereka yang pernah jadi korban sekaligus menjadi pelaku mencapai 32 persen.

Anak yang pernah mengalami bullying dan juga menjadi pelakunya memiliki risiko paling tinggi didiagnosa mengalami masalah kepanikan atau depresi yang mengarah pada kecenderungan untuk bunuh diri pada masa awal kedewasaannya. “Tidak mengejutkan jika seperti itu penyebabnya, soalnya mereka bereaksi terhadap trauma sebagai korban bullying dan juga pengalaman sebagai pelakunya,” ujar Mark Schuster dari Boston Children’s Hospital yang juga guru besar Harvard Medical School.

Copeland mendukung pendapat ini. “Anak-anak ini tadinya menjadi korban, tapi bukannya membangkitkan empati … mereka jadi lebih reaktif dan melihat bahwa bullying adalah cara untuk mendapatkan perhatian,” katanya. Pemuda yang hanya menjadi pelaku bullying dan tak pernah menjadi korban akan empat kali lebih tinggi risikonya untuk mengalami gangguan antisosial, yang dicirikan dengan kurangnya empati dan kesalahan perilaku dalam berhubungan dengan orang lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya