SOLOPOS.COM - Sejumlah karyawan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Solo mengikuti aksi longmarch anti tuberculosis (TBC) saat acara Car Free Day (CFD) di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Minggu (31/3/2013). Aksi itu sebagai bentuk sosialisasi mengenai penyakit TBC kepada masyarakat Solo penikmat CFD. (JIBI/SOLOPOS/Maulana Surya)

Sejumlah karyawan Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Solo mengikuti aksi longmarch anti tuberculosis (TBC) saat acara Car Free Day (CFD) di Jalan Slamet Riyadi, Solo, Minggu (31/3/2013). Aksi itu sebagai bentuk sosialisasi mengenai penyakit TBC kepada masyarakat Solo penikmat CFD. (JIBI/SOLOPOS/Maulana Surya)

SOLO — Tumbuhnya penyakit tuberkolosis (TBC) kini tak melulu akibat gaya hidup yang kurang sehat. Penyakit seperti HIV-AIDS pun diketahui banyak mendorong pertumbuhan penyakit TBC. Hal itu diungkapkan Kepala Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat (BBKPM) Solo, Sigit Priohutomo, saat ditemui wartawan di car free day, Minggu (31/3/2013).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

“Kecenderungannya sekarang, TBC juga ditemukan pada pengidap HIV-AIDS,” ucapnya.

Sigit mengatakan, fenomena itu terungkap dari serangkaian pemeriksaan BBKPM atas penderita HIV-AIDS. Menurutnya, pengidap HIV-AIDS sangat rentan terkena penyakit lain karena melemahnya daya tahan tubuh. TBC, imbuhnya, menjadi salah satu penyakit yang mudah menjangkiti pengidap HIV.

“Itu karena TBC ditularkan melalui udara,” ujarnya.

Sigit mengungkapkan, warga yang berkonsultasi ke BBKPM soal TBC tahun 2012 mencapai 52.000 orang. Sementara penderita TBC di Solo dan sekitarnya menyentuh 500 kasus. Sekitar 350 di antaranya, jelas dia, ditangani intensif BBKPM.

Ia mengatakan, penderita TBC bisa 100% sembuh bila segera ditangani secara terarah.

“Sekitar 80% pasien sembuh dalam waktu enam bulan,” katanya.

Namun demikian, ia mengakui TBC sangat mudah menular. Selain karena melalui udara, lanjutnya, orang yang mengidap TBC cenderung sulit diketahui. Pihaknya memiliki sejumlah tips untuk mengurangi risiko penularan TBC. Cara paling mudah yakni menutup mulut ketika batuk.

“Selain itu jangan ludah sembarangan. Olahraga teratur, tidur yang cukup dan tidak merokok,” imbaunya.

Lebih jauh, Sigit menerangkan penyakit TBC tidak mengenal kalangan maupun usia. Dalam beberapa kasus, ia menemukan penderita TBC dari usia balita. Menurut dia, balita yang tergejala TBC biasanya berkurang nafsu makan, sering berkeringat dan berat badan turun.

“Secara umum, batuk berdahak selama dua pekan lebih juga patut dicurigai.”

Pejabat humas BBPKPM, Windi Jayanti, mengaku terus memberi penyuluhan kepada masyarakat ihwal penyakit TBC. Pembentukan kader TBC di kecamatan dan kelurahan, imbuhnya, menjadi salah satu cara menyampaikan bahaya TBC. Diketahui, TBC termasuk 10 penyakit paling mematikan di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya