SOLOPOS.COM - Debu saat erupsi Merapi 2010 lalu. (JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

Harianjogja.com, JOGJA- Koordinator Tim Manajemen Bencana Universitas Gadjah Mada (UGM) Sudibyakto mengatakan, meski kandungan debu di udara Jogja berkurang signifikan dengan kerja bakti massal, kandungan berbahaya pada debu tersebut masih cukup tinggi dan melebihi ambang batas.

Fakta tersebut didasarkan dari hasil penelitian di beberapa titik, kandungan debu di udara di Kota Jogja melebihi ambang batas.

Promosi Championship Series, Format Aneh di Liga 1 2023/2024

Bahkan di sejumlah titik, kandungan debu mencapai tiga hingga empat kali ambang batas. Dia menyontohkan hasil pantauan pada 18 Februari di mana diketahui kandungan debu mencapai 1.082,9 miugram dan di sekitar SMA 3 Jogja sebesar 333,3 miugram per meter kubik.

Sementara pada pantauan di Balaikota Jogja pada 19 Februari terlihat bahwa kandungan debu mencapai 416,5 miugram dan di Titik Nol Jogja sebesar 249,9 miugram per meter kubik. Adapun di sekitar Tugu Jogja kadar debu mencapai 416,5 miugram per meter kubik.

Dia menjelaskan, debu yang beterbangan di Jogja ukurannya sangat kecil mencapai lima mikro dan bisa masuk ke saluran pernapasan.

“Ini menunjukkan lingkungan di Jogja belum bersih. Sebab, di sejumlah titik, debu vulkanik melebihi ambang batas yang seharusnya hanya 230 miugram per meter kubik. Jadi, dibutuhkan langkah lain selain menunggu hujan datang. Misalnya, melakukan hujan buatan,” katanya, Jumat (21/2/2014).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya