SOLOPOS.COM - Jalan perkampungan Dusun Kesongo, Desa Tegalmade, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, terendam banjir luapan air Kali Samin, Senin (14/12/2020). (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Ancaman bencana banjir dan lisus masih berpotensi terjadi saat puncak musim penghujan di Kota Makmur. Kondisi ini dipengaruhi fenomena La Nina yang mengakibatkan bencana hidrometeorologi.

Para pengungsi di empat desa di wilayah Kecamatan Mojolaban dan Grogol telah pulang ke rumah setelah banjir luapan Sungai Bengawan Solo dan Kali Samin surut pada Jumat (5/2/2021). Luapan air sungai merendam ratusan rumah penduduk di Desa Tegalmade, Laban dan Gadingan di Kecamatan Mojolaban dan Desa Kadokan di Kecamatan Grogol. Kendati banjir surut, namun ancaman luapan air sungai bisa terjadi setiap saat selama musim penghujan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo, Sri Maryanto, mengatakan curah hujan tinggi mengakibatkan ketinggian air sungai bertambah secara signifikan. Hanya dalam hitungan menit air sungai meluap dan merendam permukiman dan lahan pertanian.

"Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) periode puncak musim penghujan terjadi pada Februari. Tingginya intensitas hujan diperkirakan terjadi pada beberapa hari mendatang," kata dia, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca jugaDesa Gadingan Paling Parah Terdampak Banjir Sukoharjo, Rumah Wakil Bupati Ikut Kena

Maryanto menyebut tingginya intensitas hujan juga dipengaruhi fenomena La Nina yang terasa pada puncak musim penghujan. Fenomena La Nina mengakibatkan peningkatan curah hujan di Asia Tenggara dan utara Australia termasuk Indonesia. Hal itu mengakibatkan bencana hidrometeorologi seperti banjir.

Artinya, ancaman bencana banjir terjadi hingga akhir musim penghujan. "Saya meminta masyarakat yang berdomisili di daerah rawan banjir agar meningkatkan kewaspadaan. Terutama saat turun hujan lebat selama berjam-jam. Air sungai bisa meluap setiap saat," kata dia.

Masyarakat bisa memantau ketinggian air sungai lewat alat early warning system atau EWS. Alat ini dipasang di pinggir Sungai Bengawan Solo dan Kali Samin. Apabila tinggi muka air sungai menyentuh garis kuning maka alat EWS bakal menyala. Saat banjir yang melanda wilayah Mojolaban dan Grogol, alat EWS menyala lantaran tinggi muka air menyentuh garis kuning.

Langganan Banjir

Baca jugaPenutup Drainase Rusak Melulu, Polisi Libatkan Sukarelawan Awasi Underpass Makamhaji Sukoharjo

Sementara sirine alat EWS berbunyi jika tinggi muka air sungai menyentuh garis merah. Kala itu, warga harus sudah dievakuasi di lokasi pengungsian. "Sukarelawan bencana alam terus memantau ketinggian air sungai di daerah rawan banjir. Kami sudah memetakan daerah rawan banjir di wilayah Grogol dan Mojolaban," papar dia.

Sementara itu, Kepala Desa Kadokan, Kecamatan Grogol, Suyono, mengatakan warga terdampak banjir luapan Sungai Bengawan Solo telah pulang ke rumah dari lokasi pengungsian. Mereka hanya mengungsi selama beberapa jam lantaran banjir mulai surut pada Kamis pagi.

Selama musim penghujan, wilayah langganan banjir di Dusun Nusupan yang letaknya di dekat tanggul Sungai Bengawan Solo. "Sekitar 20 keluarga-30 keluarga yang terdampak banjir. Mereka mengungsi ke masjid yang tidak terendam banjir. Sekarang sudah pulang ke rumah dan beraktivitas seperti biasa," kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya