SOLOPOS.COM - Adhe Tingkas Ilyas Kamantian, pemuda masih berusia 19 tahun asal Salatiga, Jawa Tengah membuat ukiran reog di rumahnya di Salatiga, Jawa Tengah, belum lama ini. (Solopos.com/Haiwan Alaina)

Solopos.com, SALATIGA – Seperti halnya jodoh dan maut, rezeki menjadi misteri yang hanya Tuhan yang tahu.

Termasuk rezeki Adhe Tingkas Ilyas Kamantian, pemuda masih berusia 19 tahun asal Salatiga, Jawa Tengah ini.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Berawal dari coba-coba, Adhe Tingkas berhasil membuat beragam jenis reog dan sudah dipasarkan hingga ke Kalimantan.

Dalam sebulan, usaha aksesori reog yang belum lama ia rintis itu menghasilkan pendapatan jutaan rupiah.

Baca Juga: Misi Kebudayaan, Seniman Reog Ponorogo Bakal Tampil di Eropa

Saat ditemui Solopos.com di rumahnya di Perengsari RT 12/RW 2, Kuthowinangun Lor, Tingkir, Salatiga, Tingkas mengaku menekuni kerajinan reog sejak tahun 2019.

Ia mengandalkan tutorial dari YouTube untuk membuat ukiran-ukiran reog.

“Saya autodidak belajarnya, Mas. Pakai YouTube kan banyak tutorial buat reog begitu,” beber Tingkas Jumat (11/11/2022).

Dikatakannya, pertama kali yang ia buat adalah jaranan berbentuk celeng. Dari itu ia merasa tertantang akhirnya mencoba membuat barongan/reog.

Baca Juga: Cerita Mbah Misdi, Penari Jathil yang Jadi Perajin Miniatur Reog Ponorogo

“Nah habis itu saya nyoba cari kayu untuk buat barongan. Kayu randu pertama kali. Karena tidak punya tatah ukir saya hanya pakai tatah tukang bangunan sama cutter,” ungkap pemuda yang juga pendiri Sanggar Reog Wadyo Satrio Budoyo ini.

Akhirnya barongan pertama jadi dan saat ini masih disimpan untuk kenangan.

Berawal dari situ ia ketagihan dan terus mencoba lagi. Belajar dari YouTube dan mencari referensi galeri model barongan, akhirnya barongan buatannya laku terjual.

Baca Juga: Hebat! Pemuda 19 tahun di Salatiga Inisiasi Sanggar Reog

Walaupun ia sempat dihujat karena bentuknya awal-awal yang bagi orang kurang bagus.

“Saya posting ke grub Facebook jualan barongan mas. Pertama yang beli itu orang Klero, Tengaran langsung buat pentas,” ungkapnya.

Melihat ada peluang bisnis dari situ, Tingkas semakin semangat dan membuat nama brand Barong Art Salatiga. Dibantu seorang teman pesanannya saat ini semakin banyak.

Baca Juga: Hadirkan Didik Nini Thowok, Alila Solo Ingin Jaga Roh Solo sebagai Kota Budaya

“Lumayan banyak setelah sering posting dan jualan di Shoope,” terangnya.

Saat ini dia sedang melayani pesanan dari enam pelanggan. Dari sekitar Salatiga, Semarang, dan Kalimantan. Kayu yang digunakan juga semakin beragam.

“Sekarang buatnya pakai kayu dadap cangkring, waru lengis, terus kayu randu. Kalau randu itu tidak tahan lama,” bebernya.

Baca Juga: Pasar Seni & Budaya Meriahkan 100 Tahun Taman Balekambang Solo

Disebutkan dia, dengan kayu dadap cangkring itu reog buatannya bisa bertahan lebih dari lima tahun.

Reog buatannya dibandrol dari harga Rp 1,5 Juta sampai Rp 3,5 juta, tergantung jenis dan ukurannya.



“Ukuran ada 17 cm, 20 cm, di atasnya 22 cm, 23 cm, paling besar 25 cm. Yang kecil itu buat mainan anak-anak, harganya Rp400.000,” jelasnya.

Baca Juga: Agenda Solo Hari Ini: Wah, Ada Festival Es Kapal di Kantor Kecamatan Laweyan

Sementara untuk standar pentas ukuran 20 cm ke atas. Harganya mulai dari Rp1,5 juta.

“Kalau yang paling laris itu model biasa, reog Kediri. Kalau yang model devil itu yang mahal karena membuatnya cukup susah,” bebernya.

Tidak hanya reog, Tingkas juga membuat beragam topeng untuk pentas. Harga dibandrol dari Rp300.000sampai Rp700.000.

“Ini saya juga baru selesai buat yang model reog Ponorogo. Baru pertama buat ini, satu bulan prosesnya,” jelasnya sambil menunjukkan kepala reog Ponorogo.

Baca Juga: Hibur Wisatawan, Agenda Selasa Wagen Kembali Digelar di Malioboro Jogja

Sementara untuk kepala reog yang lain rata-rata Tingkas membutuhkan waktu dua pekan. Sedangkan untuk pernak-perniknya sampai satu bulan.

“Sebulan ya kadang pesanan ada tiga sampai enam, Mas,” bebernya.

Reog Daerah Lain

Ke depannya Tingkas ingin melestarikan dan membuat kesenian reog daerah lainnya. Saat ini ia sudah mengumpulkan beragam jenis kesenian reog dari berbagai daerah.

“Tidak hanya Kediri, Tulungagung, dan Ponorogo. Tapi kesenian daerah lainnya di daerah Jawa. Seperti Bantengan dari Malang dan Joko Lodro dari Blora. Itu tarian kan bagus mas sigrak gitu. Pengen tak buat,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya