SOLOPOS.COM - Pelaksanaan Upacara Larung Ageng di Pantai Sembukan, Wonogiri. (Istimewa/warisanbudaya.kemdikbud.go.id)

Solopos.com, WONOGIRIUpacara Larung Ageng merupakan bagian dari tradisi masyarakat tradisional yang masih dianggap memiliki nilai-nilai yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Upacara Larung Ageng dilaksanakan di Pantai Sembukan, Desa Paranggupito, Kecamatan Paranggupito, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah.

Dilansir dari warisanbudaya.kemdikbud.com, Senin (29/8/2022), pelaksanaan Upacara Larung Ageng erat kaitannya dengan perjuangan Raden Mas (RM) Said saat bergerilya di Desa Sawit, Kecamatan Paranggupito. Perang gerilya tersebut terjadi sekitar dua bulan sebelum bulan Besar 1848 hingga bulan Sura 1848.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Selama dua bulan itu kompeni secara tidak langsung telah meguasai wilayah kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Pihak kompeni, Kasultanan, dan Kasunanan mengadakan perjanjian yang kalau dipikir sangat menguntungkan pihak kompeni.

R.M. Said merasa dirugikan karena kompeni dirasa telah mencampuri urusan pemerintah Kasultanan dan Kasunanan. R.M Said kemudian berusaha menentang keadaan tersebut dengan melakukan perang gerilya di wilayah sekitar Surakarta termasuk wilayah Wonogiri.

Perang gerilya yang dilakukan R.M. Said sampai di daerah Sawit yang berada di pinggir laut selatan. R.M. Said lalu bermukim di daerah pinggir pantai yang sekarang disebut dengan Desa Sawit. R.M. Said beristirahat di sana selama beberapa hari.

Baca Juga: Kisah Batik Wonogiren Mulai Dikenal setelah Dipromosikan Ibu Tien Soeharto

Pada suatu malam, R.M. Said pergi ke pinggir Pantai Laut Selatan dengan bersemedi. R.M. Said bersemedi di pesangrahan atas bukit yang kini bernama Gunung Bendera.

Dinamakan Gunung Bendera karena waktu itu diberi tanda bendera Merah-Putih saat perjuangan melawan penjajah Belanda. Akhirnya tepat pada tiga hari tiga malam, pukul 01.30 malam Jumat pon pada bulan Sura 1848 keinginan R.M. Said terkabul.

Kemudian, R.M. Said kembali lagi ke Surakarta mendirikan Pura Mangkunegaran dan mendirikan Kadipaten Mangkunegaran. R.M. Said mendapatkan gelar P.A. Mangkunegaran I.

Sebagai rasa syukur R.M. Said atas keberhasilannya melawan penjajah Belanda, Pangeran Sambernyawa melarungkan sesaji ke laut selatan.

Baca Juga: Susuk Wangan, Daya Tarik Wisata di Air Terjun Girimanik Wonogiri

Tujuan Upacara Larung Ageng agar selamat dari gangguan roh-roh halus. Selain itu, agar Tuhan Yang Maha Esa memberikan keselamatan dan kesejahteraan kepada warga Wonogiri.

Masyarakat Wonogiri masih banyak yang menganut Islam Kejawen. Dengan pelaksanaan upacara Larung Ageng merupakan kesempatan bagi masyarakat Wonogiri yang masih menganut Islam melakukan aktivitas religi.

Penganut religi ini biasanya orang-orang yang sudah lanjut usia yang masih memegang adat kejawen. Sehingga upacara Larung Ageng bagi golongan tersebut masih merupakan sesuatu yang dianggap sangat sakral.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya