SOLOPOS.COM - Mimpi menikah disebut memiliki makna tersendiri. (ilustrasi/istimewa)

Solopos.com, SOLO — Bagi masyarakat Jawa, terdapat sebuah mitos yang berisi larangan menikah di bulan Sura. Lalu, bagaimana awal mula mitos tersebut muncul?

Mitos ini sebetulnya sudah ada sejak lama dan ditularkan secara turun temurun. Menurut penelitian skripsi yang dilakukan oleh Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Sulthan Than Saifudin Jambi, melakukan pernikahan di bulan Sura dipercaya hubungannya tidak langgeng. Kemudian, pengantin takut dikucilkan dari masyarakat dan akan terjadi bencana atau penyakit.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Lalu, bagaimana awal mula mitos larangan menikah di bulan Sura tersebut muncul?

Mengutip situs resmi Desa Baturagung Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, mitos ini muncul karena bulan Sura dianggap bulan duka cita yang mendalam. Pasalnya, bulan tersebut diduga terjadi pembantaian 72 anak keturunan Nabi Muhammad SAW secara brutal hingga hanya menyisakan seorang balita, bernama Sayyid Ali Zainal Abidin.

Baca Juga: Keutamaan Puasa Asyura 10 Muharram, Jadi Pelebur Dosa?

Karena cerita tersebut, dianggap tidak etis untuk menggelar acara yang bersifat huru hara di bulan Sura. Hal ini dilakukan sebagai tanda penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW dan seluruh keturunan.

Sementara itu, larangan menikah di bulan Sura menurut Islam dianggap tidak benar. Hal tersebut dijelaskan oleh pengajar di Ponpes Hamalatul Qur’an Yogyakarta, Ustaz Ahmad Anshori dalam situs Konsultasisyariah.com.

Baca Juga: Arti Huruf Belakang di Pelat Nomor Jogja AB Berdasarkan Wilayahnya

Ia berpendapat Muharram atau Sura merupakan salah satu dari empat bulan suci dalam Islam.

“Sesungguhnya waktu berputar ini sebagaimana ketika Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun ada dua belas bulan. Diantara dua belas bulan itu, ada empat bulan suci (Syahrul Haram). Tiga bulan berurutan: Dzul Qo’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, kemudian bulan Rajab suku Mudhar; antara Jumadi tsaniah dan Syaban.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Baca Juga: Kapan Puasa Muharram? Ini Jadwalnya

Selain itu, Muharram juga dipercaya merupakan bulannya Allah. “Sebaik-baik puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah Muharram”. (HR. Muslim 1163)

Sehingga dari beberapa hadis di atas, Ustaz Ahmad Anshori menegaskan larangan menikah di bulan Suro menurut Islam adalah tidak benar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya