SOLOPOS.COM - PENDETEKSI -- Peranti pendeteksi debu vulkanis AVOID yang tengah diuji coba dengan dipasang di sayap sebuah pesawat ultraringan. (bbc.co.uk)

DEBU VULKANIS -- Debu vulkanis sebagai hasil erupsi gunung berapi, seperti yang terlihat saat Gunung Merapi mengalami erupsi hebat tahun lalu, bisa mengganggu penerbangan. (JIBI/SOLOPOS/dok)

(Solopos.com) – Aktivitas gunung berapi selama ini sangat menakutkan bagi dunia penerbangan. Soalnya debu vulkanis dari erupsi gunung berapi jika sampai terhisap ke dalam mesin jet bisa menimbulkan malapetaka. Partikel debu yang secara mikroskopis terlihat seperti kristal tajam itu bisa menggores badan pesawat, dan jika terhisap masuk ke msein jet akan berubah menjadi kristal kaca yang membuat mesin tersumbat dan mati. Akibatnya sudah bisa ditebak, petaka!

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selama ini, jika ada gunung berapi yang aktif dan mengganggu jalur penerbangan, langkah yang paling bisa diambil adalah membatalkan semua penerbangan yang melintas jalur yang terganggu. Langkah ini bisa merepotkan kalau ternyata debu vulkanis menyebar ke kawasan yang luas, seperti yang beberapa waktu lalu terjadi di Eropa.

Saat itu gunung berapi Eyjafjallajokull di Eslandia meletus hebat, dan debu vulkanik dari erupsinya terbawa angin hingga menjangkau hampir seluruh kawasan Eropa Utara. Dampaknya, setidaknya 100.000 penerbangan di Eropa terpaksa ditunda, membuat jutaan calon penumpang harus membatalkan perjalanan atau keleleran di bandara-bandara. Maskapai-maskapai penerbangan pun rugi hingga triliunan rupiah.

Namun seperti dilaporkan BBC, seorang ilmuwan Norwegia kini sudah membuat alat yang jika seluruh uji cobanya berhasil bakal membuat para penerbang bisa dengan mudah mendeteksi letak sebaran debu vulkanis dan mencari jalur lain untuk menghindarinya. Dengan cara ini otoritas penerbangan tak perlu sampai membatalkan penerbangan jika kebetulan ada gunung berapi yang tengah aktif.

Perusahaan penerbangan murah, Easyjet, mendukung pembiayaan penelitian oleh Dr Fred Prata dari Institut Penelitian Udara Norwegia (NILU). Prata membuat sebuah alat yang dinamai AVOID (Airborne Volcanic Object Imaging Detector) atau Detektor Pencitraan Objek Vulkanis di Udara. Peranti ini menggunakan kamera inframerah untuk mendeteksi kepekatan debu di suatu wilayah.

PENDETEKSI -- Peranti pendeteksi debu vulkanis AVOID yang tengah diuji coba dengan dipasang di sayap sebuah pesawat ultraringan. (bbc.co.uk)

Jika peranti AVOID ini dipasangan di pesawat terbang, Prata yakin sang pilot bisa melihat keberadaan awan debu vulkanis dari jarak antara 100-300 km pada ketingginya terbang hingga 50.000 feet. AVOID juga bisa menghitung kepekatan awan debu itu dan menemukan jalur terbang yang aman di antara lapisan debu.

“Peranti ini bisa digunakan secara taktis di mana pilot dibantu mendeteksi bahaya awan debu dan terbang menghindarinya,” ujar Prata.

Ditambahkannya, data dari pesawat-pesawat yang dilengkapi peranti AVOID bisa dikumpulkan dan dikombinasikan dengan data meteorologi untuk menyusun peta proyeksi sebaran debu vulkanis dan jalur yang aman untuk dilalui.

Kepala rekayasa teknik Easyjet, Ian Davies, yang ikut mendukung penelitian Prata, menyebut selama ini orang meyakini bahwa awan debu vulkanis tersebar merata di atmosfer. Padahal hasil penelitian mereka menunjukkan debu itu berada di angkasa dalam bentuk gumpalan-gumpalan. “Peranti AVOID akan membantu pilot mendeteksi adanya gumpalan-gumpalan itu dan menghindarinya,” kata Davies. “Seandainya teknologi ini sudah ada dan dipakai tahun lalu, penutupan ruang udara takkan terjadi,” imbuhnya.

Alat ini sementara diuji dengan dipasang di sayap sebuah pesawat ultraringan yang lantas diterbangkan di atas Gunung Etna di Sisilia, Italia, yang merupakan gunung berapi teraktif di Eropa. Pesawat itu sudah diterbangkan hingga 12.000 feet dan kini peneliti tengah berunding dengan pabrik pesawat Airbus untuk percobaan pemasangannya di sebuah pesawat Airbus A340 untuk penelitian pada ketinggian terbang yang lebih tinggi.

bas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya