SOLOPOS.COM - Astrid Widayani (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Seiring gema transformasi digital di seluruh penjuru dunia, istilah automasi dan artificial intelligence (AI) sering kali digunakan sebagai penanda hadirnya teknologi digital yang akan menggantikan peran manusia dalam proses bisnis maupun manufaktur.

Kehadiran teknologi digital yang diciptakan sebagai inovasi untuk tujuan efektivitas dan efisiensi justru berubah menjadi ancaman tersendiri bagi para pekerja masa depan. Lalu, bagaimana pekerja masa depan dapat menjawab fenomena ini?

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Automasi diartikan sebagai pemanfaatan teknologi, sistem, dan teknologi informasi untuk optimalisasi produksi, sedangkan artificial intelligence (AI) dikembangkan teknologi yang memungkinkan sistem komputer, perangkat lunak, program dan robot yang sengaja dirancang untuk dapat berpikir setara dengan kecerdasan manusia.

astrid widayani
Astrid Widayani. (Istimewa)

Teknologi ini memudahkan manusia untuk menyelesaikan pekerjaan lebih efektif dan efisien, bahkan dalam skala makro dapat mengoptimalkan kinerja perusahaan sehingga roda perekonomian juga akan meningkat. Oleh karena itu, perkembangan teknologi yang muncul sebagai tools akan merubah juga keterampilan kerja yang dibutuhkan oleh para pekerja masa depan.

Pergeseran keterampilan (skill shift) sudah ada sejak berubahnya industry di revolusi industri yang pertama hingga saat ini kita menginjak revolusi industri 4.0. Hanya ada dua pilihan yaitu reskill atau meningkatkan skill sesuai dengan kebutuhan angkatan kerja work 4.0 atau siap untuk bersaing dengan kemajuan teknologi digital yang akan digantikan oleh mesin atau robot.

The World Economic Forum telah meneliti apa saja softskill yang dibutuhkan pada tahun 2025. Berikut 5 Top Skills yang harus dimiliki para pekerja masa depan dalam rangka menghadapi automasi saat ini:

1. Analytical Thinking and Innovation

Sebuah inovasi baru muncul dari skill yang mengedepankan pemikiran terstruktur atau sering disebut dengan analytical thinking. Analytical thinking adalah kemampuan dan mengolah informasi, dimana informasi tersebut menjadi dasar untuk menentukan solusi yang tepat dan kreatif. Solusi inilah yang diwujudkan menjadi sebuah tindakan maupun karya yang inovatif.

Inovasi tidak berhenti pada hasil namun juga perlu dikembangkan keterampilannya. Innovation skill sebagai bagian dari berpikir analitis dimulai dengan terus menerus mencari peluang yang ada dan meningkatkan empati dari sisi kebutuhan customer maupun upaya mencari jawaban dari permasalahan.

2. Active Learning and Learning Strategies

Proses belajar mengajar secara konvensional lebih cenderung satu arah dari guru ke siswa. Saat ini metode pengajaran tersebut memerlukan sebuah penyesuaian skill baru yang disebut dengan Active Learning. Pembelajaran aktif adalah bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran dengan metode yang interaktif, baik antar siswa maupun siswa dengan pengajar.

Active learning akan mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga semua anak didik dapat mencapai hasil belajar yang maksimal sesuai dengan karakteristik pribadi yang dimiliki. Partisipasi aktif siswa diharapkan memiliki keterlibatan langsung dalam pembelajaran baik secara emosional dan intelektual. (bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya