SOLOPOS.COM - Salah satu gang masuk kampung di Dukuh Karangwuni Kulon, Desa Dlimas, Kecamatan Ceper ditutup. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN – Ada sederet peraturan yang dibuat guna menyukseskan lockdown di Kampung Karangwuni Kulon, Desa Dlimas, Kecamatan Ceper, Klaten, Jawa Tengah. Warga sengaja menutup empat akses masuk kampung demi mencegah persebaran virus corona.

Gang-gang masuk kampung ditutup menggunakan bambu. Warga hanya membuka satu gang sebagai satu-satunya akses masuk ke perkampungan. Setiap tamu ataupun warga harus melapor ke posko yang dijaga warga secara bergantian.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lompat dari Jembatan di Wonosari Klaten, 1 Anak Hanyut di Bengawan Solo

Di posko yang diberi nama Posko Cegah Covid-19 itu, warga sudah menyiapkan padasan dilengkapi sabun. Selain itu, warga menyiapkan semprotan berisi disinfektan.

Siapapun yang akan masuk ke kampung wajib berhenti di posko dan mencuci tangan menggunakan sabun. Hal itu termasuk bagi warga desa setempat. Barang bawaan warga atau tamu disemprot disinfektan agar bebas kuman.

Pemudik

Ketua RW 001, Sumpono, 60, mengatakan penutupan empat pintu masuk kampung itu dilakukan sejak Jumat (27/3/2020). Lockdown kampung di Klaten itu dilakukan berdasarkan hasil kesepakatan warga. Meski akses ditutup, aktivitas warga di dalam kampung masih berjalan normal.

Berdasarkan kesepakatan, ada satu sukarelawan yang berjaga di posko. Saban tamu yang datang diminta melapor terlebih dahulu ke sukarelawan yang ada di posko.

Hal ini dilakukan lantaran banyak warga di wilayah Karangwuni Kulon yang merantau ke Jakarta atau Jawa Barat.

Lockdown Kampung Ala Wong Sragen, Bagaimana Aturannya?

“Warga di sini banyak yang perantauan. Mereka bekerja dan berinteraksi dengan siapa saja. Makanya, kami lakukan ini untuk mencegah agar warga atau tamu yang datang itu ketika masuk kampung tak membawa Covid-19,” kata Sumpono saat ditemui wartawan di posko, Sabtu (28/3/2020).

Setiap perantau yang datang ke Kampung Karangwuni Kulon bakal ditanyai petugas di posko. Jika berasal dari daerah yang masuk kategori zona merah Covid-19, itu diminta mendatangi faslitas kesehatan untuk memastikan kondisi mereka sebelum pulang.

Selain itu, para perantau diminta melakukan upaya karantina mandiri selama 14 hari sesuai imbauan dari pemerintah ketika sampai di rumah.

Warga bersama-sama mengawasi setiap perantau yang masih dalam masa karantina mandiri. Saat ini, sudah ada sekitar dua perantau dari Jakarta yang melakukan karantina mandiri di rumah masing-masing.

Kondektur Bus Pingsan di Trotoar Simo Boyolali Dikira Kena Corona, Warga Tak Berani Menolong

Pedagang Keliling

Terkait pedagang keliling, Sumpono menuturkan warga membolehkan mereka berjualan di kampung.

Tetapi mereka harus mengikuti aturan yang sudah diterapkan, yakni wajib mencuci tangan menggunakan sabun di posko. Gerobak hingga kendaraan yang dipakai pedagang keliling juga hharus disterilkan.

Petugas Bank Plecit

Namun, petugas dari bank plecit untuk sementara waktu dilarang masuk ke wilayah Kampung Karangwuni Kulon, Klaten, yang sedang di lockdown. Sebab, dalam kondisi saat ini penghasilan warga sangat minim.

“Kami minta pengertian kepada bank plecit untuk sementara tidak melakukan penagihan dulu. Warga kami banyak yang kerja sebagai kru bus, penjual tiket, atau pedagang keliling. Kondisi seperti saat ini mereka tidak bisa mendapatkan penghasilan. Kami mohon warga jangan disiksa batinnya. Ini juga hanya untuk sementara saja,” jelas dia.

Ini Resep Bubur Ketan Hitam Pengusir Wabah Corona Ala Mahamenteri Keraton Solo

Lebih lanjut, Sumpono menuturkan pembatasan akses masuk ke kampung itu dilakukan hingga pemerintah mengumumkan tak ada lagi persebaran Covid-19.

“Kami sendiri juga tidak tahu sampai kapan. Semoga kondisinya segera pulih,” jelas dia.

Bhabinkamtibmas Desa Dlimas, Aiptu Agus Susanto, mengatakan di wilayah Dlimas, Klaten, baru warga di Dukuh Karangwuni Kulon yang melakukan lockdown kampung.

Ratusan Pemudik di Jatiyoso Masuk ODP Corona Karanganyar

Dia menjelaskan upaya warga itu sebagai salah satu cara untuk mencegah ada warga yang terjangkit Covid-19. Upaya pencegahan lainnya sudah dilakukan dengan penyemprotan disinfektan.



Salah satu warga RT 004/RW 001, Andang Pradita, 27, mengaku tidak keberatan dengan lockdown kampung tersebut.

“Menurut saya ini justru bagus karena sebagai upaya memutus mata rantai persebaran Covid-19,” kata Andang.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya