SOLOPOS.COM - Atlet paralayang Jawa Tengah bersiap terbang kategori lintas alam di Puncak Joglo, Desa Sendang, Wonogiri, Jumat (24/6/2022). Atlet paralayang Jawa Tengah mengikuti latihan untuk penjaringan atlet menuju PON 2024 mendatang. (Solopos.com/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Puluhan atlet paralayang Jawa Tengah (Jateng) berlatih di Puncak Joglo Desa Sendang, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri selama tiga hari, Jumat-Minggu (24-26/6/2022). Latihan tersebut bertujuan untuk penjaringan atlet paralayang pada PON 2024 mendatang.

Pelatih Tim Paralayang Jawa Tengah, Bodhi Suprana, mengakan para atlet paralayang berlatih terbang cross country atau lintas alam. Mereka diberi tugas untuk terbang dan menempuhh jarak 20 km mulai dari Puncak Joglo sampai lapangan Krisak dekat terminal Giri Adipura, Wonogiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Ini dalam proses penjaringan atlet-atlet paralayang sebagai pemusatan latihan daerah (Pelatda) Jateng persiapan Pekan Olahraga Nasional 2024 mendatang. Saya beri tugas terbang 20 km dalam waktu satu jam,” kata Bodhi saat ditemui Solopos.com di Puncak Joglo, Jumat (24/6/2022).

Setiap hari, para atlet paralayang akan diberi tugas berbeda. Mereka akan terbang pada sirkuit-sirkuit yang telah ditentukan. Melalui tugas tersebut, pelatih langsung bisa mendeteksi atlet mana saja yang mampu dan pantas maju pada kejuaraan nasional empat tahunan itu.

Penjaringan atlet tersebut, lanjut Bodhi, terbuka untuk siapa saja yang berkemauan mengikuti kejuaraan PON. Bodhi tak membatasi atlet paralayang Jateng yang mengikuti proses penjaringan. Hanya, atlet yang berlatih di Puncak Joglo dan terbang lintas alam kali ini harus atlet paralayang kelas II.

Baca Juga: Seru! Atraksi Paralayang dan Speedboat di Peringatan HUT Wonogiri 2022

“Ada tiga kelas atlet paralayang, yaitu kelas I, II, dan III. Kelas I paling rendah. Di Puncak Joglo ini hanya bisa diikuti minimal kelas II. Angin di Puncak Joglo cukup sulit. Sering ada turbulensi. Latihannya tiga hari. Tapi saat lomba sampai tujuh hari,” jelas Bodhi.

Ketua Paralayang Jateng, Papi Julio, menuturkan akan menjaring sebanyak 14 atlet paralayang untuk prakualifikasi PON. Dari jumlah tersebut, hanya diambil delapan atlet yang akan maju ke PON 2024 mendatang.

Proses penjaringan akan berlangsung selama lebih kurang satu tahun ke depan. Tim Paralayang Jateng menargetkan emas pada PON 2024 mendatang

“Nanti latihannya tidak hanya di sini. Tapi pindah-pindah di tempat take off paralayang di Jateng seperti di Semarang, Salatiga, atau Wonosobo. Latihannya selama tiga hari tapi tidak menentu,” terang Papi.

Baca Juga: Hari Jadi Kabupaten Wonogiri, Tunggu Aksi Keren Tim Paralayang Ini

Salah satu atlet paralayang asal Wonogiri, Hari Black, menjelaskan saat terbang menghadapi beberapa kendala, seperti kecepatan angin dan awan yang terlalu rendah. Hal itu menyulitkannya untuk terbang lebih tinggi.

Padahal tugas yang diberikan pelatih harus mendarat di lapangan Krisak. Hal tersebut membutuhkan ketinggian.

“Ini tadi latihan terbang lintas alam untuk penjaringan atlet Pelatda. Kemudian maju ke PON. Tadi diberi tugas terbang dengan jarah tempuh 20 km. Take off dari Puncak Joglo dan landing di Terminal Krisak,” ucap Hari.

Meski diperuntukkan penjaringan atlet Jateng, namun peserta latihan terbang lintas alam di Puncak Joglo berasal dari Jateng. Bahkan banyak pula atlet yang berasal dari luar Jawa, seperti Bali dan Sulawesi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya