SOLOPOS.COM - Presiden Joko Widodo memberikan arahan pada pembukaan Rakernas BKKBN di Jakarta, Rabu (25/1/2023). (Antara/Hafidz Mubarak A)

Solopos.com, JAKARTAPresiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak atau stunting masih menjadi tantangan tak kasat mata yang harus segera diselesaikan oleh seluruh pihak.

Kepala Negara pun mengaku kaget saat pertama kali menjabat menjadi Presiden mengetahui pada 2014 prevalensi stunting mencapai 37%.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

“Saya kaget dan tadi disampaikan [Menteri Kesehatan atau Menkes] Budi Sadikin, saya kalau panggil Pak Menkes Budi karena [beliau] bukan dokter tetapi jadi Menkes. Jadi, sudah disampaikan Pak Menkes pada 2022 angkanya sudah turun jadi 21,6%. Ini kerja keras kita semuanya,” ujarnya saat membuka Rakernas Program Banggakencana dan Penurunan Stunting yang disiarkan melalui Youtube Sekretariat Presiden, Rabu (25/1/2023).

Lebih lanjut, orang nomor satu di Indonesia ini menegaskan dampak stunting bukan hanya mengenai urusan tinggi badan dan pertumbuhan kembang anak, tetapi dinilainya yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan munculnya penyakit kronis yang lebih mudah masuk ke tubuh anak.

Oleh sebab itu, Kepala Negara dari Solo itu menargetkan prevalensi stunting harus mampu turun menjadi 14% pada 2024. “Harus kita bisa capai. Saya yakin dengan kekuatan kita bersama semuanya bergerak, angka itu bukan angka yang sulit untuk dicapai asal semuanya bekerja bersama-sama, karena kita kalau di ASEAN [prevalensi stunting] masih di tengah-tengah. Ini nanti kalau sudah masuk ke 14% baru kita berada di bawahnya Singapura sedikit,” katanya.

 

Prevalensi Stunting di ASEAN

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada Desember 2021, prevalensi stunting di negara-negara Asia Tenggara (ASEAN) bervariasi meliputi Myanmar 35%, Vietnam 23%, Malaysia 17%, Thailand 16%, Singapura 14% dan Indonesia 24%.

Sementara itu, berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) oleh Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan (BKPK) Kemenkes pada 2021, prevalensi stunting tertinggi terdapat di Nusa Tenggara Timur (37,8%), Sulawesi Barat (33,8%), dan Aceh (33,2%). Adapun yang terendah di Bali 10,9%, DKI Jakarta 16,5%, Yogyakarta 17,3%, Kepulauan Riau 17,6%, dan Lampung 18,5%.

“Kalau provinsi tadi disampaikan Menkes lima [provinsi] tertinggi itu memang di NTT, Sulbar, Aceh, NTB, dan Sulawesi Tenggara. Namun, kalau dihitung secara jumlah beda lagi yang paling banyak Jabar, Jatim, Jateng, Sumut, dan Banten. Ini kalau jumlah yang ada semuanya bisa dimiliki by name by address lebih mudah sekali untuk menyelesaikan karena sasarannya jelas, monitornya jelas,” tutur Presiden.

Mantan Wali Kota Solo ini memuji Kabupaten Sumedang, Jawa Barat dan Kabupaten Kampar, Riau terkait dengan keberhasilan mereka dalam penanganan stunting.

“Karena yang saya lihat di Sumedang, dengan aplikasi memonitor individu, kebutuhannya apa bisa dicek lewat platform yang dimiliki itu,” katanya.

Oleh sebab itu, dia meminta secara nasional di setiap provinsi di Indonesia memiliki sistem itu, supaya penanganan yang dilakukan bisa lebih tepat sasaran. Apalagi jumlah balita di Indonesia mencapai 21,8 juta.

Jokowi juga melihat infrastruktur Indonesia sebenarnya mumpuni untuk mengimplementasi teknologi dan infrastruktur untuk penanganan stunting. Apalagi, terdapat 300.000 pos pelayanan terpadu (posyandu) dan 10.200 pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) di Indonesia.

“Jadi, sebetulnya infrastruktur lembaga yang kita miliki kalau digerakkan betul dan bisa bergerak dengan baik mudah menyelesaikan persoalan ini. Hanya problemnya puskesmas tidak tersebar merata, ada yang satu kecamatan punya tujuh puskesmas, dan satu kecamatan hanya ada dua. Pemerataan ini juga poin penting,” ulas Jokowi.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Jokowi Tergetkan Angka Stunting 14 Persen pada 2024, Singapura jadi Acuan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya