SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solo (Solopos.com) – Pemerintah akan mengubah kebijakan pendidikan di Indonesia menjadi 70% SMK dan 30% SMA pada 2014. Kebijakan ini diharapkan bisa mengatasi masalah tingginya angka pengangguran.

Hal itu disampaikan Kepala Bidang Pendidikan SMP, SMA dan SMK, Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo, Dwi Atmojo H. Ia mengungkapkan pada 2014, daerah dituntut untuk memenuhi komposisi pendidikan yang baru, yaitu 70% SMK dan 30% SMA. Sementara saat ini kebijakan yang masih berlaku adalah 60% SMA dan 40% SMK.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Di Indonesia saat ini jumlah pengangguran sudah mencapai puluhan juta orang. Salah satu mesin penghancur pengangguran adalah SMK,” ujarnya saat memberikan sambutan dalam acara Wisuda Angkatan VI SMK Kriya Sahid Sukoharjo, di Kusuma Sahid Prince Hotel Solo, Senin (20/6).

Ia juga menyampaikan lulusan SMK saat ini tidak hanya didorong untuk bekerja, tapi juga melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Senada, Kasi Kurikulum Bidang Pendidikan Menengah, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Solo, Budi Setiono, menjelaskan daerah memang dituntut mengubah komposisi pendidikan menjadi 70% SMK dan 30% SMA. Artinya, jumlah SMK lebih banyak dibandingkan SMA, sehingga diharapkan lebih banyak siswa lulusan SMP yang memilih melanjutkan pendidikan ke SMK.

“Tujuan pemerintah agar lulusan pendidikan menengah memiliki keterampilan yang memadai dan siap bekerja. Namun siswa SMK juga tetap dibekali pengetahuan yang cukup agar bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,” ungkapnya saat ditemui Espos, seusai acara studi banding Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo ke Disdikpora Solo, di kantor Disdikpora Solo, Senin.

Di Kota Solo, ungkapnya, saat ini sudah ada 46 SMK dan 36 SMA, sehingga ketika kebijakan pendidikan yang baru akan diberlakukan, Kota Solo tidak terlalu berat melaksanakannya. Salah satu alasan pemilihan Dinas Pendidikan Kabupaten Sidoarjo melakukan studi banding ke Solo, ungkapnya, juga karena Solo adalah kota yang paling awal mencanangkan diri sebagai Kota Vokasi. Selain itu, fokus materi studi banding adalah pada soal manajemen, pelayanan dan organisasi Disdikpora Solo.

Rombongan studi banding diterima oleh Sekretaris Disdikpora, Joni Tri Sumantri, Kasi Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) Bidang PTK, Haryanto; Kepala Bidang Menengah, Radik Karyanto dan Kasi Kurikulum Bidang Pendidikan Menengah, Budi Setiono.

ewt

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya