SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Perusahaan Umum Daerah (Perumda) Toya Wening Solo tengah menjajaki dua solusi alternatif guna mengatasi cemaran limbah etanol pada air baku yang akan diolah menjadi air bersih.

Kedua alternatif itu yakni membangun bak lumpur aktif atau menambah saluran intake baru yang jauh dari sumber tercemar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti diketahui, limbah etanol berdampak pada kualitas air baku Sungai Bengawan Solo sehingga tak bisa diolah di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Semanggi Solo. 

Direktur Teknik (Dirtek) Perumda Toya Wening Solo, Tri Atmaja Sukomulyo, mengatakan kedua solusi itu membutuhkan dana yang tak sedikit. Usulan pembangunan intake baru sudah dilayangkan ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).

Sementara, IPA Semanggi tidak memiliki sistem lumpur aktif seperti IPA Jebres dan Jurug.

“Kalau pengin bisa mengolah saat kondisinya sangat tercemar, kami harus membangun bak lumpur yang enggak murah. Di dalam bak, air baku ditambah lumpur saat prapengolahan. Lumpur merupakan salah satu koagulan yang membantu menjernihkan. Sungai kalau banyak endapan lumpur itu semakin mudah diolah, tapi kalau airnya jernih tapi tercemar limbah akan lebih sulit,” jelasnya, Rabu (11/9/2019).

IPA Semanggi Solo sempat berhenti beroperasi dua kali dalam bulan ini. Namun cemaran tersebut tidak berpengaruh pada IPA Jebres dan Jurug, meski keduanya hanya beroperasi 80 persen dari kapasitas normal.

“Kami enggak ingin memaksa filter pada unit filtrasi bekerja terlalu keras. Karena bagaimanapun juga, limbah tersebut memengaruhi kinerja IPA,” ungkap dia.

Tri Atmaja menyampaikan IPA Semanggi kembali beroperasi pada Rabu petang. Kapasitas pengolahannya tetap di angka 60 liter/detik, sedangkan IPA Jebres dan Jurug totalnya 150 liter/detik. Ditambah Mata Air Cokro Tulung berkapasitas 387 liter/detik dan 23 sumur dalam dengan kapasitas 337 liter/detik, seluruhnya mampu mencukupi kebutuhan 58.621 pelanggan.

Upaya lain yang dilakukan guna mengatasi ancaman krisis air adalah salat Istisqa yang digelar Kamis (12/9/2019) siang. Salat untuk meminta hujan itu dilaksanakan usai salat Zuhur di halaman kantor PDAM pusat di Jl. Adisucipto, Kelurahan Karangasem, Kecamatan Laweyan, Solo.

“Kali terakhir hujan kalau tidak salah saat Ramadan tahun ini. Itupun sebentar dan hanya sehari. Kami berharap setelah salat Istisqa, hujan bisa segera turun,” kata dia.

Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID) Perumda Toya Wening, Bayu Tunggul mengatakan salat Istisqa digelar untuk meminta Allah agar menurunkan hujan di wilayah yang mengalami kemarau panjang.

Sesuai ajaran Islam, salat dilakukan dua rakaat dan diakhiri doa yang secara khusus ditujukan untuk meminta hujan. “Beberapa pegawai PDAM juga telah menjalankan ibadah puasa sejak tiga hari lalu. Salat yang diikuti puluhan pegawai ini dipimpin oleh K.H. Ahmad Alim Nurwahid,” kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya