SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BOYOLALI—Para guru dan murid SDN Sukorame 2, Kecamatan Musuk, Boyolali, Jawa Tengah tengah istirahat saat plafon dua ruang di sekolah mereka jatuh ke lantai. Beruntung, tidak ada satu guru pun yang berada di dalam kantor tersebut. Peristiwa plafon ambruk itu terjadi pada 2007 lalu.

Alhasil, dua ruangan yang biasa dimanfaatkan untuk ruang guru dan tempat olah raga tidak bisa digunakan. Plafon bercat putih itu pun berlubang cukup besar. Bahkan, kuda-kuda atap pun hampir roboh. Pihak sekolah kemudian memasang tongkat untuk menyangga atap yang hampir ambruk itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kini dua ruangan itu tidak terpakai. Satu ruangan sebelumnya digunakan untuk olah raga seperti tenis meja. Namun, ruangan itu dibiarkan untuk tempat menyimpan alat-alat olah raga. Sedangkan satu ruangan bekas ruang tamu dan guru dibiarkan kosong karena kondisinya yang mengkhawatirkan. 

“Untung saat atap jebol tidak ada guru ataupun siswa yang berada di dalam ruangan. Kami yang berada di luar ruangan kaget mendengar plafon itu jatuh karena suaranya sangat keras,” ujar Kepala SDN Sukorame 2, Sarjono saat ditemui Jaringan Informasi Bisnis Indonesia di sekolahnya, Rabu (20/10).

Sarjono menerangkan, sekolahnya hanya punya delapan ruangan. Ditambah dengan ruang perpustakaan. Kerusakan yang terjadi ini telah diajukan bantuan dana alokasi khusus (DAK) ke Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah raga (Dikpora) Boyolali.

Praktis, ruangan yang rusak ini mengganggu kegiatan belajar mengajar (KBM). Para siswa biasa berolah raga seperti tenis meja di ruangan tersebut. Setidaknya, terdapat 133 siswa yang belajar di sekolah ini. Ruang kelas mereka berbagi ruangan dengan kantor guru.

“Dikatakan dari Dikpora tahun ini kami mendapatkan DAK untuk rehab. Nilainya sekitar Rp110 juta. Namun, kami belum tahu jadi dan tidaknya,” imbuhnya.

Ia berharap ruangan di sekolahnya itu segera diperbaiki. Kerusakan bangunan yang terjadi jelas mengganggu KBM di SDN Sukorame 2. Selain itu, sekolah yang mencetak siswa berprestasi di bidang olah raga ini juga kekurangan tenaga pengajar, perpustakaan dan penjaga sekolah.

“Kami sudah mengusulkan. Namun, sekolah juga tidak bisa seenaknya merekrut pegawai tidak tetap karena kemampuan sekolah yang terbatas,” tandasnya.(JIBI/SOLOPOS/rid)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya