SOLOPOS.COM - Pengunjung Pekan Raya UNS mencoba peranti berbasis augmented reality di Pekan Raya UNS, Selasa (13/11/2012). (JIBI/SOLOPOS/Nenden Sekar Arum N)

Pengunjung Pekan Raya UNS mencoba peranti berbasis augmented reality di Pekan Raya UNS, Selasa (13/11/2012). (JIBI/SOLOPOS/Nenden Sekar Arum N)

Sekelompok mahasiswa berkumpul di depan layar monitor berukuran 32 inchi yang dipajang di bagian tengah Auditorium Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Selasa (13/11/2012). Sebagian dari mereka tampak menggerak-gerakan kertas bergambar mobil di depan kamera yang dipasang di bawah monitor. Dalam waktu yang bersamaan, di monitor muncul gambar mobil 3D yang bergerak sesuai dengan arah kertas yang dipegang mahasiswa itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

M Nur Fadli tampak membelalakkan matanya sambil terus menggerakkan kertas yang dipegangnya maju-mudur dan ke kanan-ke kiri. Beberapa kali senyum tersimpul ketika dia melihat gambar tak terduga muncul di layar. Tak hanya gambar mobil 3D, di layar itu pun muncul animasi sekelompok manusia yang sedang melakukan aktivitas di sebuah tempat seperti kafe. “Baru kali ini bisa nemu teknologi secanggih ini,” jelasnya kepada Solopos.com.

Mahasiswa jurusan Sastra Arab itu pun mengaku tertarik untuk mengunjungi stan itu karena melihat layar monitor yang mampu berinteraksi dengan pengunjung. Selain menampilkan gambar 3D, di layar yang lain ada permainan yang dapat dikendalikan dengan menggunakan kotak susu yang diarahkan ke kamera. Selain itu ada aplikasi face detector yang dapat menganalisa wajah kemudian menampilkan gambar animasi sesuai dengan bentuk wajah.

Mahasiswa-mahasiswa itu sedang mencoba teknologi augmented reality (AR) yang merupakan konsep pelapisan konsep virtual dalam pemandagan dunia nyata seperti yang terlihat melalui kamera. Setiap gambar yang ditangkap sensor kamera akan diolah melalui software yang dirancang untuk membuat grafis yang mampu berinteraksi dengan pengguna.

Project Director AR&co, Krisni Lee, menjelaskan teknologi itu memang belum familiar di masyarakat Indonesia. Padahal perusahaan pengembangan AR sudah mulai mengenalkan teknologi itu sejak 2009. Hanya saja pengguna teknologi itu sampai saat ini masih terbatas pada perusahaan besar yang berniat untuk melakukan brand activation. Selain itu, harga yang cukup mahal, yaitu senilai Rp150 juta untuk aplikasi paling sederhana belum terjangkau masyarakat.

Meski demikian, Krisni optimis mahasiswa di Indonesia mampu mengembangkan teknologi AR lebih baik. “Sudah banyak mahasiswa yang mulai mengembangakan teknologi itu. Dengan sistem aplikasi open source, siapa pun bisa mengembangkannya,” jelasnya. Krisni berharap teknologi AR itu dapat familier di kalangan masyarakat sehingga bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, sekaligus memajukan teknologi Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya