SOLOPOS.COM - Puluhan tukang becak duduk lesehan sarapan bersama siswa di halaman SMP Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen, Jumat (10/2/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Sebanyak 50 tukang becak merasakan nikmatnya sarapan bersama 307 siswa SMP Birrul Walidain Muhammadiyah (BWM) Sragen di halaman sekolah setempat, Jumat (10/2/2023). Semakin enak lagi karena setelah sarapan, mereka juga mendapatkan paket sembako hasil infak dari para siswa dan guru sekolah tersebut.

Program sarapan siswa bersama tukang becak itu merupakan rangkaian peringatan Milad ke-10 SMP BWM Sragen. Sarapan bersama itu dihadiri Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Daerah Muhammadiyah Sragen, Agus Ulinuha dan pengurus Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah Muhammadiyah (Lazismu) Sragen. Puncak HUT akan berlangsung pada 4 Maret 2023 mendatang.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Sukiyem, 51, warga Krisan, Desa Tangkil, Sragen, datang mewakili suaminya, Ngadiyo, 64, yang sedang sakit. Sukiyem senang bisa berbaur dengan para tukang becak teman-teman suaminya dan para siswa. Namun Sukiyem tak memakan nasi kardus yang diberikan.

“Saya sudah sarapan dari rumah,” kata Sukiyem yang berangkat dari rumah dengan naik sepeda kayuh sejauh 3 km.

Tukang becak asal Krisan, Saimin, 80, lahap menyantap sarapan bersama rekannya Sardiyanto, 62. Saimin menjadi tukang becak sejak 1972. Meskipun sudah usia lanjut, ias masih melayani pelanggannya sampai di Walikukun, Kabupaten Ngawi, dengan mengandalkan becak motor miliknya.

“Paling jauh ya sampai Ngawi [Jawa Timur]. Perjalanannya 2 jam. Bensinya habis 3 liter. Ongkosnya Rp200.000. Kalau dekat-dekat ya di Nglangon sampai Pasar Bunder,” ujar Saimin saat berbincang dengan Solopos.com seusai sarapan, Jumat pagi.

Saimin biasa sarapan di warung-warung pinggir jalan. Sekali sarapan biasanya habis Rp7.000. “Enak sarapan di sekolah ini karena gratis hehehe. Bisa irit Rp7.000. Uang Rp7.000 itu biasanya ongkos becak dari Nglangon sampai Pasar Kidul [Pasar Bunder],” katanya.

Sedangkan Sardiyanto mulai menarik becak sejak 2000. Awalnya becak kayuh, tetapi sekarang dimodifikasi menjadi becak motor. Sardiyanto juga biasa mangkal di Pasar Nglangon. Warga Cantel Wetan, Sragen, itu senang bisa sarapan bersama anak-anak sambil menikmati suara siswa bernyanyi merdu.

“Kalau soal pekerjaan mbecak itu lebih enak dulu. Zaman dulu mencari uang itu gampang karena masih banyak orang naik becak. Sekarang susah mencari penumpang. Sehari bisa narik 2-3 orang itu sudah untung karena kadang-kadang ngeblong sehari enggak dapat penumpang,” katanya.

307 Siswa dan 33 Guru

Kendati penghasilan pas-pasan, Sardiyanto masih bisa tertawa lepas berkisah tentang kehidupan tukang becak. Ia pun tak kapok menjadi tukang becak karena hanya itu pekerjaan yang bisa ia andalkan.

Ia senang bila ada orang yang melakukan baksos dengan memberi paket sembako. “Kadang narik dua orang itu saja hasilnya habis untuk makan,” ujar Sardiyanto yang kaki kirinya pernah patah tertabrak motor.

Kepala SMP BWM Sragen, Mohamad Mujamil, mengatakan ada 307 siswa dan 33 guru yang sarapan bersama 50 Tukang becak. Bakti sosial ini dalam rangka memperingati Milad ke-10 SMP BWM Sragen. “Puncaknya nanti pada 4 Maret 2023,” ujarnya yang diamini ketua panitia Fachrudin Pratama.

Belum genap sebulan Mujamil menjabat Kepala SMP BWM Sragen. Ia menggantikan Amir yang kini menjadi Kepala SMP BWM Plupuh, Sragen. Selain sarapan bersama, para siswa juga menyisihkan sedekah berupa paket sembako untuk para tukang becak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya