SOLOPOS.COM - Juru kunci Makam Butuh, Muhammad Husen Aziz Aribowo, menunjukkan angka tahun berangka Arab, 1852, di mimbar Masjid Butuh kepada puluhan siswa SMKN 1 Plupuh, Sragen, saat kegiatan Plupuh Country Tour, Kamis (10/11/2022). (Istimewa/SMKN 1 Plupuh)

Solopos.com, SRAGEN—Sebanyak 70 siswa Kelas X SMKN 1 Plupuh, Sragen, bersama guru menggali kearifan lokal di sekitar sekolahnya yang dikemas dengan Plupuh Country Tour, Nulis Sinambi Nlusur yang digelar Kamis (10/11/2022).

Mereka mengunjungi situs-situs bersejarah di wilayah Kecamatan Plupuh. Akhir dari kegiatan itu, para siswa dapat menulis laporan perjalanan atau karya fiksi dengan latar belakang situs-situs tersebut.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Mereka berangkat dari sekolah dengan menaiki motor secara berboncengan. Objek yang dikunjungi kali pertama Makam Butuh atau Makam Sultan Hadiwijaya yang tidak lain Joko Tingkir yang terletak di Desa Gedongan, Plupuh, Sragen.

Mereka mengunjungi makam itu dengan dipandu Juru Kunci Makam Butuh Muhammad Husen Aziz Aribowo. Mereka dikenalnya bekas perahu yang digunakan Joko Tingkir saat mengarungi Bengawan Solo.

Aziz, sapaan akrab juru kunci, juga menjelaskan tentang tokoh-tokoh yang dimakamkan di kompleks Permakaman Butuh tersebut, mulai dari Ki Ageng Butuh yang tidak lain Ki Kebo Kenanga, Joko Tingkir, Pangeran Benowo, Haryo Sinawung, dan seterusnya.

Aziz juga mengajak mereka ke Masjid Butuh yang terletak di depan kompleks permakaman itu. Di dalam masjid, Aziz menunjukkan sebuah mimbar buatan 1852.

Angka tahun itu tertulis dengan angka Arab dan ada tulisan berhuruf hijaiyah di mimbar itu, yakni tulisan tentang nama-nama sahabat Nabi Muhammad SAW dan kalimat tauhid Laaillahaillallah.

Selepas dari Butuh, mereka menuju objek yang kedua, yakni Makam Eyang Gedong dan makam tak terurus, yakni Makam Mbah Jambon. Makam Eyang Gedong dipercaya warga setempat sebagai cikal bakal Desa Gedongan.

“Ki Gedong ini lebih dulu tinggal di Gedongan sebelum Ki Kebo Kenanga datang,” kata Jayadi, salah satu pemerhati sejarah yang menjadi narasumber dalam kegiatan itu.

Kemudian mereka menuju ke objek ketiga yang masih ada kaitannya dengan kisah Joko Tingkir, yakni di sebuah bukit kecil di wilayah Dukuh Kedungdowo, Desa Sumomorodukuh, Kecamatan Plupuh.

Di objek tersebut dikenal sebagai petilasan Ki Kebo Kenanga. Di tempat itulah mereka beristirahat di bawah rindangnya pohon kamboja. Di tempat itu pula mereka makan siang bersama.

Guru SMKN 1 Plupuh, Sragen, yang menjadi koordinator kegiatan tersebut, Sri Suparti, menerangkan kegiatan literasi ini bagian dari project penguatan profil pelajar Pancasila (P5) dengan mengangkat tema kearifan lokal.

Dia menjelaskan rangkaian kegiatan itu dimulai sejak Rabu (8/11/2022) dengan pembekalan peserta.

Dia menerangkan dalam pembekalan itu para siswa diberi materi tentang penulisan karya fiksi. Salah satu narasumbernya dari akademisi Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Madina, Nina Kusuma Dewi.

Dia mengatakan pesertanya ada 70 orang perwakilan dari 10 kelas dari tiga program keahlian, yakni Teknik Kendaraan Ringan Otomotif, Rekayasa Perangkat Lunak, dan Tata Busana.

“Ini kegiatan literasi yang diadakan SMKN 1 Plupuh. Tujuannya untuk memotivasi anak-anak agar bisa menulis. Mengapa kami ajak ke situs? Dalam literasi ini, kami mengangkat program penguatan profil pelajar Pancasila yang bertema kerarifan lokal,” jelasnya.

Sri menyampaikan para siswa diajak menelusuri tempat bersejarah di sekitar SMKN 1 Plupuh, seperti Makam Butuh, Makam Mbah Gedong dan Mbah Jambon, dan petilasan Kebo Kenanga di Sumomorodukuh.

“Setelah kegiatan ini, anak-anak bisa menghasilan karya tulis berupa laporan atau karya fiksi yang latarnya adalah tempat-tempat yang sudah dikunjungi,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya